Diceritakan Wahyu, ibunya dulu hidup berkecukupan namun tak memberi perhatian padanya.
"Dulu itu ibu saya memang mampu, tapi karena kemampuannya, dia melupakan saya, sampai sekolah saya bayar sendiri, itu sampai saya lulus SMA," ucap Tri Wahyu Pamuji kepada TribunSolo.com
Wahyu rupanya memendam rasa sakit hati pada ibunya lantaran pernah diusir dari rumah saat dirinya belum mapan.
"Terus saya menikah, karena saya belum mapan, namanya anak yang belum mapan ikut orang tua, pingin tinggal sendiri belum bisa, terus saya disuruh pergi, tidak boleh ikut," imbuhnya
Tri Wahyu Pamuji mengungkapkan ekonomi Sumarsih berada di titik terendahnya saat kakak keduanya sakit.
"Kakak saya sakit, habis-habisnya orang tua saya, ya, sakitnya kakak saya sama karena cucunya yang sangat nakal," ujar Tri Wahyu Pamuji.
"Sampai dia itu utang yang nutup itu saya padahal saya sudah disuruh pergi sudah tidak dianggap anak, mana ada ibu tega nyuruh pergi anaknya waktu anak belum mampu," tambahnya.
Tri Wahyu Pamuji kemudian merawat Sumarsih selama dua tahun lamanya. Itu bukan sesuatu hal yang mudah baginya.
"Saya rawat tapi dia tidak bisa menerima, (misalnya) lauk tidak enak, kalau tidak cocok, dia minta-minta tetangga, kan bikin malu. Kita sebagai anak kan juga harus ibaratnya menasehati cara-carannya jangan bikin malu keluarga, apapun masakannya, itu ya sudah dimakan," imbuhnya.
Tri Wahyu Pamuji mengatakan, Sumarsih terkadang marah saat dinasehatinya ataupun oleh istrinya.
Source | : | TribunSolo.com,TribunJakarta.com,TribunMataram.com |
Penulis | : | Maria Andriana Oky |
Editor | : | Maria Andriana Oky |
Komentar