Di sana, ia kembali dihadapkan dengan permasalahan yang sama, yakni administarsi medis, mulai dari surat nikah hingga KTP istrinya.
Kelana memberi penjelasan, tapi ia justru dimarahi oleh petugas tersebut di depan orang banyak.
Menurut petugas tersebut, Kelana mempersulit keadaan.
"Bagaimana kita bisa tahu apakah ini istri Anda orang asing atau bukan? Kami bahkan tidak bisa memastikan apakah kalian sudah menikah," ujar petugas resepsionis.
Kelana tak menyangka dengan perkataan itu. Ia merasa bahwa petugas resepsionis telah melakukan pelanggaran etika dan bersikap sangat kasar.
Kelana mencoba menawarkan KTP-nya, tetapi si petugas tak mau memprosesnya. Bahkan, dia diminta untuk pergi ke rumah sakit lain.
Setelah 30 menit mengurus administrasi barulah perawatan istri dan bayinya dilakukan.
Namun sayang, nasib malang menimpa sang bayi. Tubuh sang bayi membiru begitu dikeluarkan sepenuhnya.
Keesokan harinya dokter spesialis menjelaskan kematian bayi mereka disebabkan karena adanya pendarahan internal stadium 4 di otaknya.
Sedih dan hancur menyelimuti Kelana dan istrinya mengetahui kenyataan tersebut.
“Saya hanya tidak mengerti mengapa mereka tidak memberitahuku sebelumnya. Seorang dokter, Dr Teh, bahkan memberi kami penjelasan singkat tentang kesehatan bayi kami pada hari pertama, tetapi mereka tidak mengatakan apa-apa tentang pendarahan internal," tulis Kelana.
Source | : | Facebook,Tribunjateng.com |
Penulis | : | Maria Andriana Oky |
Editor | : | Maria Andriana Oky |
Komentar