"Jadi gue jualannya waktu itu harganya sama kayak di kantin, cuma gue kayak ada servis datang ke kelas," kata Raisa.
"Pertama gue kasih harga Rp 700, cuma enggak pernah ada kembalian, jadi Rp 1.000," lanjut Raisa sambil tersenyum mengenang pengalamannya.
Menurut ibu satu anak ini, hasil penjualannya itu ia simpan untuk menambah uang jajannya.
"Uangnya buat gue dong. Entrepreneur he he he," kata Raisa.
Bukan cuma itu, menurut Raisa, sebenarnya jiwa bisnisnya sudah terpupuk sejak SD.
Semua itu berawal dari kegemarannya menonton sinetron Keluarga Cemara yang mana salah satu tokohnya berjualan opak.
"Itu terinspirasi dari Keluarga Cemara. Gue pengin banget jualan opak, tapi nyokap gue kayak 'What's wrong with you' he he he," ucapnya.
Lantaran tak dapat restu dari ibundanya, Raisa kemudian beralih berjualan nasi bakar keliling komplek.
"Gue jualan nasi bakar di sekeliling komplek, ke tetangga-tetangga. Jadi nyokap gue bikin, terus waktu itu gue kayak 'ya sudah tawari aja ke tetangga. Kan semua kenal'," katanya.
Apakah itu karena Raisa juga berpikir untuk membantu ekonomi keluarganya seperti kisah Keluarga Cemara? Ternyata tidak.
"Enggak bantuin keluarga juga sih. Tapi itu gue kepuasan batin berasa di Keluarga Cemara, he he he," ucap Raisa sambil tertawa kecil.
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Sintia Nur Hanifah |
Editor | : | Popi |
Komentar