Mahdian menjelaskan bahwa pada usia ini, anak belum memiliki rasa takut sehingga mudah dikendalikan dan juga belum memahami rasa takut sehingga tidak akan terjadi trauma. Di sisi lain, anak juga masih mengalami pertumbuhan sel yang sangat cepat.
"Pada usia bayi, pertumbuhan dan regenerasi sel paling cepat terjadi. Artinya, jika terjadi luka, maka luka akan cepat menutup kembali dan anak cepat sembuh. Selain itu, tidak ada trauma psikologis," lanjutnya.
Seiring pertumbuhan dan perkembangan anak, maka kemampuan regenerasi ini akan semakin berkurang.
"Pada prinsipnya, semakin dewasa dilakukan sunat, maka proses pemulihannya akan semakin lama," ungkap Mahdian.
Lalu bagaimana jika anak Anda telah berusia lebih dari 40 hari?
Jika anak masih bayi, maka disarankan dilakukan sunat sebelum anak dapat merangkak dan tengkurap, atau sebelum usia enam bulan. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan keamanan bagi sang anak.
"Saat anak sudah cukup besar, misal usia satu hingga satu setengah tahun, biasanya anak akan aktif dan punya rasa ingin tahu yang tinggi. Saat disunat di usia ini, takutnya anak akan menggaruk-garuk bekas sunat atau bergerak bebas sehingga luka rawan infeksi," jelas Mahdian.
Namun, jika anak Anda sudah terlanjur berusia lebih tua dan telah masuk sekolah dasar; maka Mahdian menyarankan agar memberi pengertian pada anak terlebih dahulu mengenai pentingnya sunat dan juga memberikan rasa aman bagi anak agar tidak takut dan khawatir pada saat sunat.
Pada usia ini, anak telah memiliki kesadaran dan dapat menerima penjelasan dari kedua orangtuanya.
Selain itu, saat ini telah berkembang teknologi sunat tanpa menggunakan jarum suntik, sehingga anak tidak akan lagi merasakan sakit saat disunat. (*)
Source | : | Kompas.com,TribunJatim.com |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar