Tingginya tingkat merokok juga dikaitkan dengan hasil yang lebih serius di SARS dan MERS.
Salah satu ahli penyakit pernapasan terkemuka di Inggris, Gisli Jenkins, profesor kedokteran eksperimental di Universitas Nottingham, mengatakan bahwa perokok memiliki tingkat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang tinggi, suatu bentuk kerusakan paru-paru.
Dan orang dengan COPD beresiko tinggi pada umumnya penyakit pernapasan seperti coronavirus baru.
Prof Jenkins mengatakan akan 'mencengangkan' jika perokok tidak memiliki risiko lebih besar terhadap Covid-19 daripada bukan perokok.
Ia juga mengatakan mungkin ada hubungan antara tingkat merokok yang tinggi dan tingkat keparahan penyakit.
"China memiliki tingkat COPD yang sangat tinggi dan juga memiliki tingkat pneumonia berat yang tinggi," ujar Prof Jenkins.
"Dalam coronavirus khusus ini 15 persen dari populasi China yang telah terinfeksi memiliki penyakit pernafasan yang parah dan sekitar dua persen telah meninggal - di seluruh dunia penyakit ini tampaknya tidak seburuk itu," lanjutnya.
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | Septiana Risti Hapsari |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar