"Kami rasa, pergerakan tersebut berkaitan dengan proses dekomposisi–ketika tubuh menjadi mumi dan ligamen mengering," papar Wilson.
Wilson dan rekannya menggunakan kamera time-lapse untuk merekam proses pembusukan mayat selama enam bulan.
Gambar yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan sistem poin level dekomposisi tubuh untuk mengetahui interval post-mortem atau seberapa lama orang tersebut telah meninggal.
Hasilnya menunjukkan kecocokan antara sistem poin dengan fotografi time-lapse. Dengan kata lain, kamera tersebut juga bisa menjadi alat forensik yang valid.
Menurut Wilson, penemuan ini sangat penting dalam menyelidiki kematian yang misterius.
Source | : | GridHot.ID |
Penulis | : | Luvy Yulia Octaviani |
Editor | : | Maria Andriana Oky |
Komentar