"Diberilah petunjuk yaitu biji salak. Pertama kali kami kebingunan membuat biji salak itu, karena biji salak itu keras," kata Gus Ing di tempat pengolahan biji salak, Jalan Mindi, Koja, Jakarta Utara, Jumat (3/4/2020) sore.
Setelah mendapatkan petunjuk tersebut, Gus Ing sempat kebingungan bagaimana mengolah biji salak agar bisa dikonsumsi masyarakat.
Akhirnya, ia berunding dengan rekannya, Roni, dan memutuskan mengolah biji salak menjadi bubuk yang bisa diseduh untuk diminum.
"Dalam petunjuk itu dibikin bubuk biji salak. Akhirnya kami berunding bagaimana untuk memproduksi biji salak ini," ucap Gus Ing.
Singkat cerita, Gus Ing dan Roni pun memulai pengolahan biji salak. Biji salak yang telah dikumpulkan dijemur terlebih dahulu selama beberapa hari.
Kemudian, biji salak yang sudah kering diiris-iris hingga berukuran kecil untuk selanjutnya dimasak.
Teknik pemasakannya menggunakan metode sangrai, di mana biji salak dimasukkan ke dalam penggorengan lalu dimasak dengan api kecil.
Biji salak yang sudah menghitam kemudian dikeluarkan dari penggorengan dan dipindahkan ke dalam blender.
Lalu, biji salak pun diblender hingga halus dan menjadi bubuk. 1 kilogram biji salak bisa diolah menjadi bubuk seberat 2 ons.
Gus Ing mengklaim, bubuk biji salak ini berkhasiat baik jantung, untuk pencernaan, hipertensi, dan lainnya.
Source | : | TribunJakarta.com |
Penulis | : | Maria Andriana Oky |
Editor | : | Maria Andriana Oky |
Komentar