Tapi, ternyata begitu sampai di Solo, lowongan yang dimaksud tidak ada.
Dengan kecewa, Soeharto kembali ke Wuryantoro.
Dia bekerja serabutan, dari ikut membangun langgar sampai membersihkan selokan air, supaya bisa menyambung hidup.
Tidak lama, Soeharto mendengar informasi lowongan kerja lagi.
Kali ini lowongan bergabung dengan Angkatan Perang Belanda (KNIL).
Daripada tidak ada pekerjaan tetap, pada 1 Juni 1940 Soeharto mantap mendaftar sebagai prajurit.
Soeharto mendapat pelatihan kemiliteran yang superkeras.
Tiap hari dari subuh sampai larut malam, tidak henti-hentinya digembleng fisik dan mental.
Soeharto tidak merasa tertekan.
Kehidupan masa kecilnya yang serba tak pasti, justru membuatnya kepincut dengan disiplin keras dan keteraturan yang diajarkan di sana.
Makanya, Soeharto sukses lulus sebagai kadet terbaik di angkatannya.
Source | : | Tribun Jambi |
Penulis | : | Septiana Risti Hapsari |
Editor | : | Popi |
Komentar