Sementara itu situasi di Brazil justru kurang mendukung kondisi masyarakat adat ini, pasalnya aktivis menuduh Presiden Brazil, Jair Bolsonaro meninggalkan mereka karena dianggap memiliki kekebalan rendah.
Namun, mereka justru menemukan solusi bagi komunitasnya sendiri, dengan memanfaatkan tanaman alami.
Menurut laporan, tanaman yang mereka gunakan di antaranya adalah, carapanauba, saracuramira, caferena, dan saratudo.
Tanaman-tanaman tersebut, dipercaya memiliki sifat anti-malaria atau anti-inflamasi.
"Kami masing-masing menggunakan pengetahuan yang diwariskan dari tetua kami, untuk perawatan dan pengujian terhadap gejala penyakit berbeda," kata pemimpin suku mereka.
Sejauh ini komunitas adat di pedalaman hutan Amazon melaporkan memiliki 11 kasus virus corona.
Warga desa setempat, Valda Ferreira de Souza (35) mengatakan perawatan berbasis tanaman itu berhasil membantu mereka.
"Aku sempat merasa lemah, rasanya ada sesuatu di paru-paruku, aku merasa tidak bisa bernapas," katanya.
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Sintia Nur Hanifah |
Komentar