Kadang sisi humanis itu yang luput dari masyarakat. Lelah dan tangis mereka dalam melayani tertutup rapi di balik pakaian alat pelindung diri (APD) nan tebal.
D (25) salah satunya. Dia adalah satu dari perawat-perawat yang bekerja di Wisma Atlet Kemayoran. Kepada Kompas.com, dia bersedia membagikan kisahnya.
Wanita yang sebelumnya bertugas di salah satu rumah sakit di Jakarta ini sudah berada di Wisma Atlet Kemayoran sejak Mei 2020.
Merawat pasien tentu bukan hal baru bagi D. Namun, dia tetap memiliki kesan pertama kala bertugas di salah satu pusat penanganan Covid-19 di Jakarta itu.
"Hari pertama kerja, panas," ucap dia lugas.
Panas dia rasakan ketika mengenakan APD berupa baju hazmat. Dia menyebutkan bahwa baju itu tebalnya setara dengan terpal.
Selain itu sarung tangan yang dipakainya pun berlapis, masker juga berlapis, sepatu boots dan pelindung wajah alias face shield. Tak tanggung-tanggung, D harus memakai pakaian itu selama delapan jam penuh dalam sehari.
"Enggak boleh makan, enggak boleh minum, enggak boleh buang air. Bayangin," ucap dia.
Hampir setiap hari setelah selesai bertugas, baju dalam yang dia pakai basah lantaran dibanjiri keringat. Sesekali D memandangi telapak tanganya yang selalu mengeriput kala melepas APD dari badan.
Sebagian dari teman-temannya memakai pampers agar bisa buang air kecil selama bertugas. Namun, D tak melakukan itu. Dia memilih tidak makan dan minum banyak sebelum bertugas agar tak banyak buang air.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Veronica S |
Komentar