Sampai suatu hari, Megah bertemu dua orang pemilik foodcourt Majelis di Ruko Granada Square BSD Tangerang Selatan.
Pemilik ruko tersebut membeli baju dagangan istrinya dan beberapa kotak mi ayam. Megah kemudian ditawarkan membuka restoran di ruko tersebut.
Masalahnya, ia tidak punya modal. Begitu pula gerobak, alat masak, hingga perlengkapan lainnya, seperti mangkuk dan sendok.
"Tapi alhamdulillah, ada yang bantu, jadi bisa ikut buka di sini sekarang," kata dia.
Restoran akhirnya dibuka pada 24 Juli lalu, dengan menu mi ayam dan mi yamin dilengkapi beberapa topping yang bisa dipilih oleh pembeli.
Hikmah pandemi Covid-19
Megah tidak melihat negatif situasi pandemi Covid-19 yang kini dihadapi. Ada hikmah yang dia ambil.
Selain menjadi berani mengambil risiko sebagai penjual mi ayam, Megah kini merasa lebih dekat dengan keluarga.
Saat ini, ia tidak sesibuk saat menjalani profesinya sebagai pilot.
"Lebih dekat, setiap hari bisa ketemu anak-anak dan istri. Jadi tiap pagi saya bisa masak untuk mereka, istri saya siapkan PR dan sekolah anak-anak saya," kata dia.
Megah saat ini masih aktif di dunia penerbangan meskipun tak sesibuk sebelum pandemi Covid-19.
Jam penerbangan di masa pandemi jauh berkurang. Dia hanya memiliki izin penerbangan selama 14 hari dalam sebulan sesuai masa berlaku surat keterangan bebas Covid-19.
Itulah sebabnya, dia senang bisa membuka usaha kecil-kecilan. Kelak, dia berencana membuat usaha lebih besar dan bisa menjadi pekerjaan setelah pensiun nanti.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pilot Jadi Pedagang Mi Ayam Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19"
Source | : | kompas |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Veronica S |
Komentar