I wrote this on August 18th 2020 and regret not posting it that very day.
(aku menulis ini pada tanggal 18 Agustus 2020 dan menyesal tak mempostingnya hari itu juga)
Now I decided to share this letter I made for Papa.
(sekarang aku memutuskan untuk membagikan surat yang kubuat untuk Papa)
Because I hope someone will read this and tell my dad about this poem I wrote for him.
(karena aku berharap seseorang akan membaca ini dan menceritakan pada ayah ku tetntang puisi yang kubuat untuknya)
So, he’d know how much he Still means to me.
(jadi, dia akan tau betapa dia masih berarti bagi ku)
How much I still remember him.
(betapa aku masih mengingatnya)
And how deep in my heart, the place where I keep my everlasting love for him.
(dan dalam hatiku yang terdalam, tempat dimana aku menyimpat cintaku yang abadi untuknya)
I dont know why, it’s written in our story that we should be separated in this lifetime, Pa.
(entah kenapa, tertulis dalam cerita kita kita bahwa kita harus berpisah di kehidupan ini, Pa)
And we’re only together in a few of old photographs.
(dan kita hanya punya beberapa foto lama)
We are together as one, very vividly, in my memories.
(kita bersama, sangat jelas, diingatanku)
However you are. Know, you are forgiven. You’re doing your best every single time.
(Bagaimanapu kamu, kau tau, kau sudah dimaafkan. kau melakukan yang terbaik setiap waktu)
Source | : | TribunSolo |
Penulis | : | None |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar