Di negara dgn tradisi demokrasi dan debat yang lebih panjang dan kuat, misalnya Inggris atau Amerika, menghadirkan bangku kosong yang mestinya diisi pejabat publik sudah biasa.
Treatment ini juga berbeda dengan format wawancara imajiner.
Pertama, pada dasarnya saya tidak sedang melakukan wawancara, saya hanya sedang mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan, kan, tidak harus diajukan secara tatap muka.
Bisa dilakukan secara jarak jauh dengan perantara macam-macam medium.
Kedua, ini juga tidak imajiner karena
(a) pertanyaan yang saya ajukan memang bukan imajiner dan saya juga tidak mengarang atau membuatkan jawaban2 fiktif seolah-olah saya sudah berdialog dengan Pak Terawan;
(b) Pak Terawan juga sosok yang eksis dan hidup, sehingga Pak Terawan bisa menjawabnya kapan saja, bahkan sejujurnya boleh menjawabnya di mana saja.
Sebagai pengampu Mata Najwa, tentu saya berharap ia bersedia hadir di program saya.
Namun, sebagai bagian dari komunitas pers lebih luas dan juga seorang warga negara, saya sudah cukup senang jika Pak Menteri menjawab kegelisahan publik walau itu tidak dilakukan di #MataNajwa.
Source | : | TribunSolo.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar