1. Lebih cemas
Peneliti Skotlandia menemukan, orang yang berhenti berhubungan intim harus berjuang keras mengatasi stres, seperti berbicara di depan umum, dibandingkan dengan mereka yang melakukan hubungan setidaknya sekali selama dua minggu.
Saat berhubungan intim, otak merilis bahan kimia yang mendorong perasaan bahagia dan nyaman, seperti endorphin dan oksitosin.
2. Kekebalan tubuh menurun
Para peneliti di Wilkes-Barre University di Pennsylvania, Amerika Serikat, menemukan orang yang melakukan hubungan intim sekali atau dua kali dalam seminggu menikmati dorongan 30 persen di immunoglobulin A (IgA) dibandingkan dengan mereka yang jarang berhubungan atau tidak pernah berhubungan intim.
IgA merupakan salah satu garis pertama pertahanan tubuh terhadap virus.
3. Perasaan tidak aman terhadap hubungan dapat muncul
"Tidak berhubungan intim dalam pernikahan dapat menimbulkan rasa bersalah dan menurunkan kadar oksitosin serta hormon ikatan lainnya," kata Les Parrott, PhD, seorang psikolog dan penulis buku Saving Your Marriage Before It Starts.
"Hal ini juga dapat meningkatkan kekhawatiran salah satu dari pasangan akan curiga pasangannya telah menyalurkan kebutuhan seksualnya kepada orang lain," tambahnya.
Baca Juga: Dirilis Resmi BPOM AS, Remdesivir Disetujui untuk Obati Covid-19, Apakah Benar-benar Efektif?
Source | : | Nakita.ID,Wartakotalive |
Penulis | : | None |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar