GridPop.ID - Bagi sebagain orang, lebih memilih makan di pinggir jalan daripada di restoran mewah.
Pasalnya, makan di pinggir jalan dinilai lebih hemat dan juga murah.
Harganya pun dinilai ekonomis dan ramah dikantong.
Alih-alih ingin makan dengan hemat, seorang pelanggan di Tegal beberapa waktu lalu menjadi perhatian karena harus membayar makannya dengan harga sangat fantastis.
Kisah ini awalnya diunggah oleh akun Facebook Tijee Uyee Slalu.
Unggahan tersebut ditujukan pada salah satu fanbase Facebook.
"Ass min,,,
Pan melu ngeluh
Jebule ning daerah slawi ana pedagang sing galak,, pan bada nembak harga
lesehan pertigaan lampu merah,,tugu poci slawi,,,,
mangan kepiting1/porsi,udang/cumi,segane siji es tehe 2.
Totale 700rb,,,
kecewa ,,kaya manganing hotel berbintang bae ,,,padahal tah pinggire dalan .isina debu jalanan
Ana sing ngalami ora lurrr,,,,
(Assalamualaikum min.
Mau ikut mengeluh
Ternyata di daerah Slawi (Tegal) ada pedagang yang galak,, hampir Lebaran menaikkan harga
lesehan di pertigaan lampu merah, tugu poci, Slawi.
Makan kepiting 1 porsi, udang, cumi, nasi satu dan 2 es teh totalnya 700rb.
Kecewa, seperti makan di hotel berbintang saja. Padahal di pinggir jalan dan bercampur debu.
Ada yang mengalami juga, lur?)" tulis pemilik akun tersebut.
Unggahan tersebut lantas kembali diviralkan akun Instagram @makassar_iinfo pada (28/5/19)
Dua potongan video memperlihatkan aksi pelanggan lainnya yang merasakan nasib serupa memprotes mahalnya harga makanan yang ia pesan.
"Cumi apa (jenisnya)?" tanya pelanggan kepada penjual.
"Cumi kan porsinya satu piring. Porsi kecil ya kecil," ujar penjual tersebut.
"Cumi apa pakainya? Cumi laut?" tanya pelanggan lagi.
"Iya," jawab penjual dengan singkat.
"Kok sampai 220 (ribu)? Padahal sama nasi, cah kangkung," keluh pelanggan.
Sedikit melunak saat diprotes, penjual tersebut lantas menurunkan harganya, "Iya 175 (ribu) sih (saja)."
"Cumi emang sekilonya berapa?" tanya pelanggan lagi.
"Sekilonya cumi 110 kadang 185, nggak mesti (nggak pasti)," jawab sang ibu penjual.
"Itu kan nggak ada sekilo, Mbak. Saya minta notanya aja bisa nggak? Notanya?" pinta pelanggan.
"Nggak ada nota di sini. Kalau porsinya kecil, ya kecil mas. Ini porsinya besar, sih," dalih sang penjual.
View this post on Instagram
Kembali merasa tak terima, sang pembeli meminta penjual untuk kembali mempertimbangkan bila memasang harga makanan.
Saat kembali diminta nota oleh pembeli lainnya, penjual tersebut etrus menolak dan mengatakan bila memang harganya relevan.
"Iwak e sak kilo rong ons, mas (berat ikannya 1,02 kg).
Sak ons e limalas ewu (Satu onsnya Rp15 ribu)," beber sang penjual.
Tentu saja hal ini menjadi hal yang cukup mengagetkan bagi pembeli.
Dari kisah tersebut, kini kalian harus lebih berhati-hati saat memilih tempat makanan.
Apalagi menjelang Lebaran ini banyak warung makan atau restoran yang menaikkan harga jualannya.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Nakita.ID dengan judul Makan di Pinggir Jalan, Pelanggan Kaget karena Harus Bayar Rp700 Ribu untuk Satu Porsi Makan
Source | : | Nakita.ID |
Penulis | : | None |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar