Jawaban itu ternyata menuai beragam respons. Sebab tak sedikit ibu baru, orang yang lebih tua, dan masih banyak orang lainnya yang diam-diam menderita.
"Duduk di ranjang rumah sakit, menyaksikan hati suamiku hancur saat dia mencoba memegang kepalaku, saya menyadari satu-satunya cara untuk mulai sembuh adalah bertanya, 'apakah kamu baik-baik saja?'," kata Meghan.
Dalam tulisannya yang berjudul The Losses We Share, dia merefleksikan pentingnya memerhatikan orang lain, terlepas dari banyak perbedaan di antaranya.
"Kehilangan seorang anak berarti membawa kesedihan yang hampir tak tertahankan dan ini dialami oleh banyak orang. Tapi hanya sedikit yang membicarakannya," kata Meghan.
Saat merasakan sakitnya kehilangan, dia dan Pangeran Harry melihat di dalam suatu kamar ada 100 perempuan.
Meghan berpikir, 10-20 di antara perempuan tersebut akan mengalami keguguran.
Setiap orang yang mengalami keguguran pasti merasakan sakitnya kehilangan. Tapi percakapan tentang keguguran masih tabu.
Selain itu, ada pula yang merasa malu untuk mengungkapkan kondisinya. Hal itu membuat mereka mengalami siklus berkabung sendirian.
Dalam suratnya Meghan melanjutkan, hari Thanksgiving ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
Terlebih sebagian besar orang tidak merencanakan liburan seperti sebelumnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar