“Begitu seterusnya. Pokoknya setiap hari ini pasti ada lubang kosong yang kita siapkan,” sambung dia.
Menggali satu liang lahat, kata Senin, butuh waktu sekitar dua sampai tiga jam, sesuai kondisi tanah. Jika lokasi bebatuan maka butuh waktu lebih lama.
Butuh satu atau dua orang menggali menggunakan cangkul. Satu liang diberi upah Rp 500.000.
Setelah hampir delapan bulan sejak Maret lalu menjalani rutinitas ini, Senin merasa lelah dan sedih dengan kondisi demikian.
Karenanya, dia berharap kasus ini segera berakhir.
“Kadang kami meneteskan air mata melihat kubur jenazah yang enggak ada habisnya. Kami harap ini segera berakhirnya,” harap dia.
Hingga Senin (30/11/2020) total pasien Covid-19 meninggal di Samarinda sebanyak 192 orang. Jumlah itu yang dimakamkan Senin dan penggali kubur lainnya di TPU Covid-19.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul, Kesedihan Penggali Makam Jenazah Covid-19: Kadang Kami Menangis Mengubur Bayi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Veronica S |
Komentar