GridPop.ID - Negara kita tercinta Indonesia baru-baru ini dihantam kabar kurang menyenangkan.
Bak petir di siang bolong, Indonesia tiba-tiba mendapat label sebagai negara paling tidak sopan di dunia maya se-Asia Tenggara.
Padahal selama ini, masyarakat kita dikenal sebagai salah satu yang paling ramah di dunia.
Ya, ramah memang sudah menjadi sifat dasar orang Indonesia pada umumnya.
Sifat murah senyum dan sopan santun yang sudah diajarkan sejak dini itu rupanya berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Melansir Intisari Online, pada tahun 2012 silam, Lonely Planet mengeluarkan daftar "Negara-negara Teramah di Dunia" yang diambil dari buku Lonely Planet edisi "1000 Ultimate Experiences".
Salah satu yang masuk dalam daftar tersebut adalah Indonesia.
Namun sayang, predikat itu kini tercoreng dengan kelakuan netizen Indonesia di dunia.
Betapa tidak, dalam laporan terbaru Microsoft tentang Digital Civility Index (DCI) yang mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya, Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan di wilayah tersebut.
Tingkat kesopanan warganet Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76, di mana semakin tinggi angkanya tingkat kesopanan semakin buruk.
Urutan pertama dihuni oleh netizen Singapura yang juga menempati peringkat keempat secara global, dengan total 59 poin.
Kemudian Malaysia ada di urutan kedua dengan 63 poin, diikuti oleh Filipina 66 poin.
Thailand menduduki posisi keempat dengan 69 poin, disusul Vietnam di urutan kelima dengan 72 poin, tepat berada di atas Indonesia.
Sayangnya, dalam laporan itu Microsoft tidak memaparkan hasil DCI untuk negara Asia Tenggara lainnya.
Kemunduran tingkat kesopanan paling banyak didorong pengguna usia dewasa dengan persentase 68 persen.
Sementara usia remaja disebut tidak berkontrubusi dalam mundurnya tingkat kesopanan digital di Indonesia pada 2020.
Dilansir dari Intisari Online, ada tiga faktor yang memengaruhi risiko kesopanan di Indonesia.
Paling tinggi adalah hoaks dan penipuan yang naik 13 poin ke angka 47 persen.
Kemudian faktor ujaran kebencian yang naik 5 poin, menjadi 27 persen.
Dan ketiga adalah diskriminasi sebesar 13 persen, yang turun sebanyak 2 poin dibanding tahun lalu.
Kabar baiknya, selama pandemi, empat dari 10 responden mengaku tingkat kesopanan digital di Indonesia membaik.
Hal itu didorong oleh rasa kebersamaan yang lebih besar di saat pandemi dan melihat warganet saling tolong-menolong secara online.
Namun, lima dari 10 responden juga mengaku pernah terlibat perundungan, di mana 19 persen responden mengaku sebagai target perundungan.
Milenial adalah generasi yang paling terpukul akibat perundungan dengan persentase 54 persen.
Sudah menjadi rahasia umum jika banyak oknum netizen Indonesia yang sering melakukan perundungan secara online.
Banyak diantaranya menyerang para selebritis, politisi hingga publik figur lain yang memiliki popularitas tinggi.
Bisa dilihat berapa banyak warganet yang harus bermasalah hukum dengan para public figur karena tulisannya di media sosial.
Salah satu contoh kejamnya tangan oknum netizen Indonesia seperti yang belakangan ini viral di media sosial yakni tentang konflik antara YouTuber Fiki Naki dan selebgram asal Kazakhstan, Dayana.
Bukan main aksi netizen yang gencar melontarkan komentar pedas untuk seteru Fiki Naki tersebut.
Bahkan terpantau dari akun Instagram Dayana @demi,demik, aksi netizen unfollow Dayana berjamaah itu sukses membuat jumlah pengikutnya merosot dari angka 2,2 juta hingga kini tinggal 1,4 juta.
Tak sampai disana saja, lagu baru Dayana yang baru beberapa hari lalu diunggah di kanal YouTube Hedo Music dan Demi Demik pun sudah ramai kebanjiran dislike.
Tak cuma dislike, netizen Indonesia juga tampak membanjiri kolom komentar di kanal YouTube Hedo Music.
"I'm sorry hedo, I'm dislike your videos. Because you collabs with dayana (maaf Hedo, aku dislike videomu karena kamu collabs dengan Dayana)," tulis seorang netizen.
GridPop.ID (*)
Source | : | Instagram,Intisari Online,YouTube |
Penulis | : | Sintia N |
Editor | : | Sintia N |
Komentar