GridPop.ID - Di tengah pandemi Covid-19 yang tak berkesudahan ini segala hal dilakukan untuk bisa bertahan.
Salah satu langkah yang diambil untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19 saat ini adalah Terapi Plasma Konvalesen (TPK).
Berbanding lurus dengan peningkatan angka kasus potifif Covid-19, permintaan Terapi Plasma Konvalesen juga ikut meningkat.
Lalu apa itu dan bagaimana cara kerja dari Terapi Konvaselen ini?
Dilansir dari Tribunnews.com, diungkapakan ahli TPK Dr dr Theresia Monica Rahardjo menuturkan kjika penerapan terapi tambahan Covid-19 ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni dosis yang benar, kadar antibodi dan pemberian plasma diwaktu yang tepat.
Lewat perbincangannya bersama Tribun Network Jumat (16/77/2021), Dr Theresia memaparkan jika terapi plasma Konvalesen merupakan teknik pemindahan antibodi dari dalam penyintas Covid-19 kepada pasien Covid-19 yang masih sakit.
Intinya booster antibodi atau anti bodi instan. Dijelaskan Dokter Theresia beberapa hal perlu diperhatikan untuk penerima plasma adalah yang pertama kondisi tubuh sendiri.
Seseorang harus mengetahui apakah dirinya memiliki penyakit bawaan atau tidak. Kalau ada itu lebih hati-hati.
Jika pasien merasakan demam tidak turun hingga seminggu, pihak keluarga harus hati-hati. Hal yang pertama harus dilakukan adalah mencari kamar di rumah sakit agar bisa mendapatkan terapi plasma.
Karena terapi plasma hanya bisa dilakukan di rumah sakit.
Kedua, jika sudah mendapatkan kamar atau tempat di rumah sakit, pasien harus membuat surat permohonan plasma Konvalesen ke PMI dengan oleh dokter yang merawat.
Kalau sudah dapat surat, surat fisiknya dimasukkan ke PMI.
Setelah itu mengantre. Kalau ternyata surat pas dimasukan ke PMI ada plasma golongan itu, surat dan contoh darah dimasukkan.
Plasma yang sudah cocok dengan golongan darah yang sama langsung dibawa ke rumah sakit diberikan ke pasien.
Waktu yang tepat untuk memberikan terapi adalah tergantung pada kondisi pasien itu sendiri.
Dr Theresia memaparkan plasma Konvalesen itu diberikan kepada stadium covid sedang. Sedang itu kayak apa? Gampang. Pedomannya napas permenitnya berapa.
Semenit kurang lebih 16-20. Kalau hidung mampet 20 kali per menit itu indikasi mendapatkan plasma ditambah demam tidak turun.
Apa lagi kalau ada darah tinggi, kencing manis atau komorbid. Lebih baik dini. Kapan? Satu minggu pertama kalau demam. Paling telat 3 hari sejak napas tidak enak atau sesak.
Dengan kata lain Terapi Plasma Konvalesen efektif dilakukan pada pasien dengan gejala ringan dan sedang.
Hal ini pula sempat diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI), Sudirman Said.
Diberitakan Kompas.com, Sudirman Said mengatakan masyarakat harus memahami bahwa terapi plasma Konvalesen tidak banyak membantu untuk kesembuhan pasien Covid-19 yang bergejala kritis.
"Yang terbaik menerima plasma konvalesen adalah yang levelnya rendah dan menengah, yang sudah sangat akut, itu tidak akan membantu banyak. Karena itu kalau ada pandangan sedang kritis, mari kita cari plasma, itu sebetulnya usaha yang tidak tepat," kata Sudirman dalam diskusi bertajuk "Jalan Terjal PPKM Darurat" secara virtual, Sabtu (17/7/2021).
Sudirman mengatakan, untuk donor plasma konvalesen yang baik adalah berasal dari penyintas Covid-19 pernah mengalami gejala sedang dan berat.
"Antibodinya itu dimanfaatkan untuk plasma," ujarnya.
Namun, Sudirman mengatakan, jumlah penyintas Covid-19 yang mendonorkan plasma semakin sedikit.
Sebab, sebagian besar dari mereka takut keluar rumah setelah sembuh dari Covid-19.
"Sekarang tinggal kita dorong supaya makin banyak donor yang bersedia menyumbangkan plasmanya," ucapnya.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar