GridPop.ID - Keluarga harusnya menjadi tempat teraman bagi siapa pun.
Namun hal ini tak dirasakan oleh seorang wanita asal India yang justru tewas di tangan keluarganya sendiri.
Ya kisah pembunuhan tragis terhadap seorang wanita menjadi berita utama di media India.
Diberitakan Kompas.com diungkpakan seorang gadis bernama Neha Paswa tewas mengenaskan akibat ulah keluarganya sendiri.
Gadis berusia 17 tahun itu diduga dipukuli hingga tewas oleh anggota keluarga besarnya yang tinggal di negara bagian Uttar Pradesh.
Mirisnya lagi Neha dipukul dengan alasan dirinya memakai celana jins. Hal tersebut tak disukai oleh keluarga besarnya.
Sang ibu, Shakuntala Devi Paswan memaparkan bahwa putrinya dipukuli dengan tongat oleh kakek dan pamannya yang tak suka melihat Neha memakai celana jins.
Sebelumnya mereka sempat bertengkar sengit hingga berujung kekerasan.
"Dia telah menjalankan puasa agama seharian. Di malam hari, dia mengenakan celana jins dan atasan, lalu melakukan ritualnya," ujar Shakuntala, seperti yang dilansir dari BBC pada Selasa (27/7/2021).
"Ketika kakek-neneknya keberatan dengan pakaiannya, Neha menjawab bahwa jins dibuat untuk dikenakan dan bahwa dia akan memakainya," kata ibunya.
Shankuntala bahkan meliat putrinya terbaring tak sadarkan diri. Mertuanya kemudian memanggil becak dan mengatakan akan mebawa Neha ke rumah sakti.
Kakek dan paman gadis itu tak mengizinkan ibunya pergi bersama mereka.
"Mereka tidak mengizinkan saya menemani mereka, jadi saya memberitahu kerabat saya yang pergi ke rumah sakit distrik untuk mencarinya, tetapi tidak dapat menemukannya."
Keesokan paginya, Shakuntala mendengar bahwa tubuh seorang gadis tergantung di jembatan atas sungai Gandak. Saat keluarga Shakunta pergi untuk mengeceknya, dan ternyata itu adalah jasad Neha.
Polisi telah menangani kematian Neha sebagai kasus pembunuhan dengan 10 orang tersangka, yaitu kakek-neneknya, paman, bibi, sepupu, dan pengemudi mobil Neha.
Ayah Neha, Amarnath Paswan, yang bekerja sebagai buruh harian di lokasi konstruksi di Ludhiana, sebuah kota di Punjab, telah kembali ke rumah untuk menangani kasus pembunuhan putrinya.
Amarnath dengan getir mengatakan bahwa dia telah bekerja keras untuk menyekolahkan anak-anaknya, termasuk Neha. Shakuntala mengatakan putri mereka Neha ingin menjadi polisi.
Di India sendiri masih ada beberapa daerah tertinggal yang masih memegang keperacayaan patriarki. Banyak kasus diskiriminasi gender yang terjadi di daerah-daerah tersebut.
Bahkan dilansir dari Tribunnews.com, hampir seperempat juta anak perempuan berusia di bawah lima tahun meninggal dunia.
Hal tersebut terjadi lantara sebagian warga di negara itu masih lebih menginginkan anak laki-laki.
"Diskriminasi berdasarkan gender terhadap anak perempuan tak hanya mencegah mereka untuk dilahirkan, tetapi juga menyebabkan kematian bagi mereka yang sudah dilahirkan," kata Christophe Guilmoto dari Universitas Descartes Paris, Perancis, Selasa (15/5/2018).
Riset yang dilakukan Guilmoto ini sudah dimuat di jurnal kesehatan The Lancet.
"Kesetaraan gender bukan hanya tentang hak bisa bersekolah, bekerja atau terwakili dalam politik, kesetaraan juga soal perhatian, vaksinasi, dan nutrisi untuk anak-anak perempuan," tambah Guilmoto.
"Sebanyak 22 persen kematian bayi perempuan di bawah usia lima tahun disebabkan perilaku bias gender," demikian pernyataan Institut Aplikasi Analisa Sistem (IIAS) yang berbasis di Austria.
Dua pertiga dari seluruh kematian bayi perempuan ini terjadi di wilayah utara India yaitu di negara bagian Uttar Pradesh, Bihar, Rajashtan, dan Madhya Pradesh.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar