GridPop.ID - Hari Kemerdekaan yang jatuh tiap 17 Agustus segera disambut oleh Rakyat Indonesia.
Momen Hari Kemerdekaan 17 Agustus ini juga menjadi momen mengenang jasa para pahlawan Indonesia yang berjuang agar Tanah Air merdeka dari jajahan bangsa asing.
Dilansir dari laman Gridpop.ID, selalu ada tradisi yang dilakukan terkait Hari Kemerdekaan 17 Agustus.
Salah satunya adalah upacara bendera 17 Agustus.
Pada 17 Agustus pagi, banyak titik menyelenggarakan upacara bendera sebagai agenda wajib HUT RI.
Upacara bendera dilakukan mulai dari Istana Merdeka, kantor-kantor pemerintahan, sekolah, hingga inisiatif kelompok masyarakat tertentu.
Jelang Hari Kemerdekaan, pemerintah telah meluncurkan logo dan tema untuk perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-76 RI yang jatuh pada 17 Agustus 2021 mendatang.
Adapun tema yang diusung tahun ini yakni "Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh".
Dilansir dari laman kompas.com, kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Ir Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta Pusat.
Namun, bukan perkara mudah untuk memproklamirkan kemerdekaan tersebut.
Ada pengorbanan besar bangsa Indonesia untuk terbebas dari penjajahan.
Momentum ini tak akan terjadi tanpa serangkaian peristiwa yang melatarbelakanginya.
Kekalahan Jepang dari Sekutu
Pada 6 Agustus 1945, Kota Hiroshima, Jepang, luluh lantak akibat bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat.
Tak berhenti di situ, Kota Nagasaki, Jepang, menjadi sasaran bom selanjutnya pada 9 Agustus 1945, tiga hari setelah bom di Kota Hiroshima.
Dalam beberapa detik, kedua bom itu mengakibatkan ratusan ribu orang meninggal dunia. Dua peristiwa tersebut memaksa Jepang untuk menyerah kepada sekutu, sekaligus menandai berakhirnya Perang Dunia II.
Mengetahui hal itu, golongan muda Indonesia mendesak Soekarta dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Penculikan Soekarno-Hatta
Untuk mendesak Bung Karno agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, golongan pemuda menculik Soekarno dan Muhammad Hatta ke Rengasdengklok, Karawang pada 16 Agustus 1945 dini hari.
Pada peristiwa itu, disepakati proklamasi kemerdekaan diumumkan pada Jumat, 17 Agutus 1945.
Usai kesepakatan tersebut, Bung Karno dan Bung Hatta dibawa kembali ke Jakarta dan tiba pada pukul 02.00 WIB dini hari, delapan jam sebelum proklamasi.
Setibanya di Jakarta, mereka singgah di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat tentara Kekaisaran Jepang.
Di rumah Laksamana Maeda itulah, mereka bertiga merumuskan teks proklamasi.
Teks proklamasi
Harian Kompas, 16 Agustus 1975 memberitakan, Bung Karno menuliskan satu kalimat pembuka pada secarik kertas yang berbunyi:
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia.
Kalimat itu diambil dari rancangan pembukaan Undang-Undang Dasar yang dihasilkan pada 22 Juni 1945 oleh Panitia Kecil terdiri dari sembilan dan dibentuk oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Bung Hatta kemudian menambahkan kalimat kedua pada teks proklamasi itu. Menurutnya, kalimat pertama hanya berusaha menyatakan kemauan bangsa untuk menentukan nasib sendiri.
Oleh karena itu, harus ada pelengkapnya yang menegaskan bagaimana cara menyelenggarakan revolusi nasional.
Dengan dasar gagasan ini, ia pun menuliskan:
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Setelah teks proklamasi disusun, pertemuan diakhiri dengan pengumuman dari Bung Karno bahwa proklamasi akan dibacakan pada pukul 10.00 WIB di halaman rumahnya, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta.
Awalnya, pembacaan teks proklamasi kemerdekaan akan dilakukan di Lapangan Ikada.
Akan tetapi, pasukan Jepang yang terus berpatroli di sekitar Lapangan Ikada menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya bentrokan.
Akhirnya, rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 pun dipilih sebagai tempat pembacaan teks proklamasi.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,GridPop.ID |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar