GridPop.ID - Beberapa waktu belakangan ini viral di media sosial mural Presiden Joko Widodo atau Jokowi 404: Not Found.
Mural Presiden Joko Widodo atau Jokowi 404: Not Found ini pun sontak langsung jadi sorotan masyarakat hingga petinggi negara.
Usai heboh, aparat langsung menindaklanjuti dengan melakukan penghapusan mural yang kini hangat diperbincangkan.
Budayawan Sudjiwo Tedjo pun turut buka suara soal heboh dihapusnya sejumlah mural berisi kritik terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir TribunWow.com, Sudjiwo menganggap mural sebagai bagian dari seni.
Meski dihapus, kata dia, isi kritikan terhadap Jokowi justru semakin melekat di pikiran masyarakat.
Hal itu diungkap Sudjiwo dalam kanal YouTube tvOneNews, Kamis (19/8/2021).
"Mural ini supaya tidak stroke orangnya, mural ini untuk menghilangkan sumbatan-sumbatan itu," ucap Sudjiwo.
"Supaya masyarakat kita secara sosial tidak stroke."
Ia kemudian menyinggung sejumlah isi kritikan dalam mural yang viral di media sosial.
Menurut Sudjiwo, mural menjadi satu di antara sejumlah cara masyarakat menyampaikan keluh kesahnya.
"Kalau misalkan 'Mari kita sehat di negara yang sakit' itu ditahan-tahan, enggak diungkapkan, lama-lama bisa stroke secara sosial," katanya.
"Stroke-nya itu pemberontakan, itu lebih bahaya."
"Ini orang ketawa-ketawa kok nonton kalau jujur."
Selain menjadi media kritik, kata Sudjiwo, mural juga bisa menjadi media hiburan masyarakat.
Karena itu, menurutnya mural juga bisa menghilangkan kejenuhan masyarakat.
"Tapi terhibur, perjalanan dari pabrik ke rumahnya menjadi perjalanan psikologis," katanya.
"Manusia modern itu stres karena dari rumah ke tempat kerja perjalanannya fisik aja enggak ada hiburan di kiri kanan."
Sudjiwo melanjutkan, meski mural sudah dihapus, ingatan masyarakat soal kritik terhadap Jokowi tak akan hilang.
"Mural itu seperti kerinduan yang enggak bisa dihapus."
"Mural bisa dihapus, tapi 'Tuhan aku lapar' semakin nempel di orang," tukasnya.
Di sisi lain, debat sengit terjadi antara Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin dan pengamat politik Said Didu.
Menurut Said Didu, aparat semestinya tidak perlu gusar dan gegabah menghapus setiap kritik yang digambar untuk menyuarakan isi hati rakyat.
Pasalnya, pemerintah dalam hal ini Presiden menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah anti kritik.
"Saya berkali-kali mendengar presiden 'Terima kasih kepada pengkritik saya', tapi berkali-kali saya melihat perlakuan aparat berbeda dengan presiden," Said Didu dikutip TribunWow.com dari Catatan Demokrasi tvone, Rabu (18/8/2021).
"Kemungkinan besar aparatnya bandel atau ada dua arahan, atau aparatnya juga melihat kalau menjilatnya lebih panjang maka pangkatnya lebih cepat naik."
"Saya tidak menuduh, siapa tahu ada yang berpendapat seperti itu," sambungnya.
Menanggapi hal tersebut, Ali Ngabalin seolah naik pitam.
Pasalnya, penghapusan mural yang tak berizin memang menjadi kewajiban aparat.
Ia geram lantaran hal itu selalu dihubungkan seolah ada perintah dari pusat.
Terlebih, Said Didu sampai menyinggung mengenai kemungkinan aparat yang menjilat kepada pemerintah.
"Pernyataan Pak Said Didu harus segera dibantah, karena kalau tidak segera ditimpa, anda punya pernyataan yang menyesatkan rakyat Indonesia," kata Ali Ngabalin.
"Sebagai orang yang 30 tahun ada di pemerintahan dan sekarang keluar, itu menurut saya tidak benar."
Sementara Riswan (29), warga Kabupaten Tuban, Jawa Timur, diamankan polisi usai mengunggah kaus bergambar mural wajah mirip Presiden Jokowi bertuliskan "404: Not Found" di akun Twitter pribadinya @OmBrewoks.
Dilansir dari Kompas.com, ia diamankan atas dugaan memuat ujaran kebencian di media sosial.
Saat diperiksa, Riswan mengatakan bahwa gambar tersebut masih berupa desain dan belum dicetak.
Ia juga berdalih mengunggah gambar kontroversi tersebut hanya untuk jualan. Usah diperiksa di Polres Tuban warga Desa Karangagung, Kecamatan Palang, Tuban, tersebut meminta maaf.
Ia juga menandatangani surat pernyataan tidak akan mengulang perbuatan yang sama.
Riswan kemudian dibebaskan, tetapi tetap dalam pengawasan polisi.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunwow.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar