Hengky mengatakan perjalanan semakin berat karena keluarga harus menyusuri sejumlah jalan curam, bukit berbatu dan berlumpur hingga menyeberangi sungai besar.
Ada sejumlah sungai yang harus diseberangi. Dari sekian banyak sungai, mereka harus menyeberangi Sungai Nua dengan rakit yang terbuat dari bambu.
Sungai tersebut sangat luas dan deras sehingga butuh waktu lama untuk bisa menyeberang.
“Kalau sungai besar itu Sungai Nua kita menyeberanginya pakai rakit lalu kita berpegangan di tali dari kabel listrik yang kita taruh di situ. Itu memang alat transportasi empat desa di pegunungan yang selama ini dimanfaatkan,” ungkapnya.
Hengky mengaku keluarga juga menghadapi kendala dan tantangan karena sejumlah jembatan darurat yang dibuat warga telah roboh.
Mau tak mau, mereka terpaksa harus menggotong Yuliana sambil menyeberangi sungai-sungai itu.
Setelah beberapa jam menempuh perjalanan dan berhasil menyebrangi sungai Nua, Hengky dan keluarganya akhirnya memilih beristirahat di tepi sungai.
“Pas kita di tepi sungai itu, Pak Camat Elpaputih dan beberapa tenaga medis sudah menjemput di situ pertolongan pertama dilakukan, dan infus mulai dipasang di tubuh Yuliana,” katanya.
Setelah beristirahat sejenak, perjalanan membawa Yuliana kembali dilanjutkan.
Butuh waktu lebih dari dua jam lamanya hingga akhirnya rombongan tiba di hutan Desa Elpaputih. Di hutan itu, ambulans telah menunggu Yuliana.
“Kita bawa sampai di ujung jalan di situ sudah ada mobil ambulans menjemput kira-kira jaraknya satu km menuju puskesmas,” katanya.
Source | : | Kompas.com,parapuan.co |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar