Dilansir dari Kompas.com, Ade Putra mengaku salah satu masalah dalam pekerjaannya adalah potongan upah besar dibandingkan nominal yang diterima sejak awal bekerja.
"Waktu dulu itu lebih besar dibanding sekarang. Pada 2018 itu Rp 16.000 per tarif dasar. Hitungan tarif dasar itu sekitar 5 kilo, sedangkan Rp 8.000 per 4 kilo. (Sekarang) sekitar Rp 2.000 per kilo, belum dipotong 20 persen dari pihak aplikator," ujar Ade dalam forum diskusi daring, Rabu (25/8/2021).
Panunggangan Barat Persoalan lain yang dialami Ade adalah ketika toko yang dituju untuk pengantaran barang tutup, tetapi harus diselesaikan guna menghindari teguran dari aplikator.
Kendala lain yang sering dirasakan Ade yakni harus mengantarkan barang dengan ukuran besar hanya menggunakan sepeda motor.
"Tapi kami dipaksa untuk pick up dan membawa barang sampai tujuan. Itu kendala bagi kami di lapangan. Itu hal yang tidak bisa ditolerir oleh aplikator. Konsekuensinya kami akan di-suspend kalau tidak bisa menyelesaikan pengiriman barang," ucap Ade.
Ade pun berharap ada kebijakan dari aplikator untuk para driver yang mengantarkan barang, yang jumlahnya tak sesuai dengan pendapatan.
Pasalnya, Ade dan rekan-rekannya tetap berjuang memuaskan pelanggan, bahkan rela bertaruh nyawa dalam bekerja.
"Kami di lapangan mempertaruhkan nyawa. Dalam artian, kondisi sedang Covid-19, sedangkan kami tetap harus bekerja," kata Ade.
"Jadi walaupun keadaan seperti ini kami tetap profesional menjalankan tugas seperti itu, sedangkan taruhannya itu keselamatan kita dan sebagainya," tutur Ade.
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Sintia N |
Editor | : | Sintia N |
Komentar