GridPop.ID - Dandim 0406 Lubuklinggau, Letkol Inf Erwisnyah Taufan tak disangka punya hobi yang terbilang berbeda dari yang lain.
Perwira TNI ini punya hobi mengkoleksi benda pusaka dari berbagai kerajaan di Jawa dan Sumatera.
Pada kesempatan kali itu ia begitu semangat untuk menjelaskan satu persatu benda pusaka koleksinya.
Ada 51 benda pusaka yang terpajang di ruang kerjanya, bahkan ruang kerjanya itu lebih mirip galeri khusus untuk menyimpan benda-benda pusaka.
Dilansir dari Sripoku.com, benda pusaka yang di koleksinya merupakan peninggalan kebudayaan dari berbagai kerajaan di tanah Jawa dan Sumatera.
Usai menunjukkan puluhan pusaka koleksinya, cucu Dandim pertama di Kabupaten Musi Rawas (Mura) ini kemudian mengambil satu pusaka kesayangannya, lalu perlahan ia membuka dari warangkanya.
Erwin menuturkan keris yang ia pegang merupakan pusaka kesayangannya, bentuknya menyerupai tombak trisula, istimewanya tombak itu merupakan peninggalan zaman kerajaan Majapahit.
"Pengakuannya ini merupakan era Majapahit, istimewanya warangkanya dari kayu jati, dihiasi pakai perak yang di ukir dihiasi batu sapir, di tiga sisinya dihiasi mas putih 24 karat dan mas murni seberat 24 gram," ujarnya pada Tribunsumsel.com, Jumat (27/8/2021).
Ia menyebutkan koleksi pusakanya merupakan peninggalan tiga zaman, pertama zaman Majapahit, yakni Pataka Dwija Nareswara atau dikenal dengan cikal-bakal terbentuknya bendera merah putih.
"Lalu ada Pataka Surya Majapahit atau simbol kerajaan Majapahit pada waktu itu, dan terakhir ini tombak Tri Sula barang yang saya sangat sayangi," ceritanya.
Ia mengungkapkan benda yang di koleksinya saat ini mulai dari keris, siwar, parang, pedang, tombak, pataka, Al Quran mini atau istambul Turki buatan tahun 1931, dan gelang dari gading gajah.
"Jadi dari beberapa koleksi saya ini sengaja saya sertifikasi, ada yang saya sertifikasi setingkat museum, ada juga hanya dari beberapa paguyuban, kemudian khusus untuk keris saya cari literaturnya," ujarnya.
Sebagai putra Sumsel ia juga mengoleksi pusaka Sriwijaya pada era kesultanan Palembang pada era Susuhunan Abdurrahman pada tahun 1600-1700 atau sudah 300 tahunan lebih.
"Saya juga mengoleksi keris dari daerah asal saya lahat, namanya kris pokal, biasanya kalau orang semendo di kampung-kampung mengoleksi keris ini, terutama para keturunan pasirah, kemudian biasanya diberi keris ini," ungkapnya.
Kemudian ia juga mengoleksi mandau Bedung atau senjata tradisional Masyarakat Musi Banyu Asin (Muba), ia mendapatkan pusaka tersebut pemberian dari keluarga istrinya.
"Mandau ini dalam tradisi lamaran (sekayu), biasanya dalam tradisi lamaran selalu disertakan, parang ini sepasang, ada laki-laki dan perempuan, pusaka ini tujuannya sebagai parlindungan untuk keluarga," ujarnya.
Ia bercerita mulai tertarik mengoleksi benda pusaka sejak tahun 1996 yang berawal dari hobi koleksi mulai dari perangko, uang kuno hingga akhirnya karena ia merupakan salah satu keturunan pangeran di wilayah Kikim Lahat banyak diwariskan benda pusaka.
"Ditambah keluarga ibu saya juga hobby benda pusaka, dan istri saya juga keturunan pasirah pada masa itu, sehingga saya banyak diserah terimakan benda pusaka," ungkapnya.
Sejak saat itu ia mulai mengoleksi berbagai benda pusaka, kemudian ia pun mulai mencari -cari benda pusaka lainnya lewat Facebook sehingga timbul komunikasi dengan teman-temannya dan akhirnya mulai banyak orang menitipkan pusaka padanya.
"Keris yang mereka anggap punya historis mereka tidak sanggup merawatya, akhirnya mereka titipkan kepada saya, alhamdulillah total keris saja ada 51 pusaka," ujarnya.
Mengutip Kompas.com dari Mengenal Senjata Tradisional (2010) karya Rahmat M, keris memiliki bentuk yang berbeda.
Namun, pada umumnya berkelok dengan jumlah kelokan ganjil serta ada pula yang lurus. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Berbeda dengan masa kini, dulunya saat perang, keris diletakkan di bagian depan tubuh pemiliknya.
Secara umum, keris memiliki tiga bagian utama, yakni:
- Wilah, merupakan bagian utama dari keris yang mana bentuknya berbeda untuk setiap wilahan.
Pada bagian pangkal wilah ada pesi sebagai ujung tangkai keris yang ukurannya sekitar 5 hingga 7 sentimeter, bentunya bulat serta panjang.
- Warangka, merupakan sarung keris yang umumnya terbuat dari campuran kayu jati, cendana, timoho serta kemuning.
Cara penggunaan warangka bergantung pada jenisnya. Misal warangka ladrang digunakan dengan diselipkan di bagian lipatan sabuk pinggang belakang.
- Pegangan keris, dalam Bahasa Jawa dapat pula disebut gaman.
Pegangan keris memiliki hiasan motif yang berbeda. Gaman biasanya terbuat dari gading, logam, tulang dan kayu.
Tombak bentuknya seperti lembing yang bagian ujungnya tajam.
Tujuan utama pembuatan tombak ialah untuk berburu binatang, sebagai alat upacara, berperang serta barang pusaka secara turun temurun.
Mata tombak bentuknya beragam, ada yang berkelok, tetapi ada pula yang pipih. Umumnya berukuran 12 hingga 60 sentimeter dengan lebar 2,5 sampai 15 sentimeter.
Untuk gagangnya memiliki panjang 60 sentimeter hingga 4 meter. Penggunaan jenis tombak bergantung pada tujuannya. Misal tombak pendek sering digunakan dalam pertempuran jarak pendek.
Contoh lainnya tombak bergagang biasanya dipakai untuk berburu binatang.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Sripoku.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar