Penelitian itu dilakukan dengan mengukur cahaya yang datang dari puluhan ribu galaksi dan digabungkan itu menjadi spektrum tunggal yang mewakili seluruh alam semesta dan telah diterbitkan dalam The Astrophysical Journal tahun 2002.
Layaknya semua gelombang, cahaya terbentang dalam jarak yang sangat jauh karena efek doppler, yaitu frekuensi gelombang dari suatu sumber yang mengalami perubahan akibat pergerakan relatif detektor terhadap sumber gelombang atau sebaliknya.
Saat cahaya merenggang, panjang gelombang meningkat dan warnanya bergerak menuju ujung merah spektrum, yang dikenal oleh para astronom sebagai pergeseran merah.
Dalam artian, cahaya yang nampak, tidak berwarna sama seperti saat pertama kali dipancarkan. Lantas, mengapa warna alam semesta tampak seperti berwarna hitam?
Kendati banyak orang beranggapan warna alam semesta itu hitam, namun Baldry mengatakan bahwa hitam bukanlah warna.
"Hitam hanyalah ketiadaan cahaya yang dapat dideteksi," kata Baldry.
Sebaliknya, warna adalah hasil dari cahaya yang tampak dan diciptakan di seluruh alam semesta oleh bintang dan galaksi.
Bintang dan galaksi memancarkan gelombang radiasi elektromagnetik dan dipisahkan ke dalam kelompok yang berbeda berdasarkan panjang gelombang yang dipancarkan.
Kelompok sinar tersebut termasuk sinar-X, sinar ultraviolet, cahaya tampak, radiasi inframerah, gelombang mikro dan gelombang radio.
Source | : | Kompas.com,Bangkapos.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar