Kedua orang tua bayi laki-laki tersebut akan menerima putranya seperti apa adanya dirinya.
Akan tetapi bayi dengan kelahiran seperti ini akan menghadapi kesulitan di kemudian hari.
Bayi dengan sindrom langka ini sering tidak dapat hidup normal karena tubuh mereka terus menerus menua dengan cepat, mereka jarang bertahan hidup di luar usia 13 tahun.
Dalam banyak kasus, bayi dengan sindrom ini biasanya dikurung di dalam rumah untuk mencegah bullying dari anak-anak yang lainnya.
Hingga saat ini dokter yang menangani belum memiliki solusi atas pengobatan yang harus dijlani bayi ini.
Kenali Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Dilansir dari laman kompas.com, Dokter spesialis kandungan dan kebidanan RSUD Bung Karno Surakarta, dr. Andy Wijaya, Sp.OG, M.Kes, menyampaikan tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan atau masalah yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi.
Oleh sebab itu, para orangtua diharapkan memahami tanda bahaya tersebut sekaligus tahu cara mengatasinya.
Dia menyampaikan, sedikitnya ada 9 tanda bahaya pada bayi baru lahir yang perlu dikenali. Apa saja?
1. Bayi tidak mau menyusu
dr. Andy menjelaskan bayi biasanya tidak mau menyusu ketika sudah dalam kondisi lemah dan mungkin dalam kondisi dehidrasi berat.
Jika mendapati kondisi ini, para orangtua bisa mengupayakan agar sang buah hati tetap menempel ke payudara ibu dengan cara yang benar.
Saat bayi membuka mulutnya, pastikan seluruh putting dan sebagian areola masuk ke dalam mulutnya.
Apabila cara ini tak bisa membuat bayi minum ASI, para orangtua disarankan segera berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis mengenai langkah penanganan yang terbaik.
2. Kejang
dr. Andy menyampaikan, kejang pada bayi baru lahir bisa saja terjadi.
“Ketika mendapati kondisi ini, orangtua perlu mencari tahu pemicu kejang pada bayi,” jelas dia saat diwawancara Kompas.com, Senin (13/7/2020).
Jika kejang bayi dipicu oleh demam, maka penting bagi para orangtua untuk memberikan obat penurun panas yang sesuai dengan dosis anjuran dokter.
Sementara, jika bayi kejang tapi tidak dalam kondisi demam, para orangtua alangkah baiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk membicarakan kemungkinan penyebab lain.
Sebelum itu, para orangtua bisa memperhatikan terlebih dahulu frekuensi dan lamanya kejang yang terjadi pada bayi untuk dilaporkan kepada dokter.
Source | : | Kompas.com,GridPop.ID |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar