GridPop.ID - Seperti diketahui, usia remaja merupakan masa dimana kondisi kejiwaan emosi seseorang masih labil.
Di masa-masa ini, umumnya seorang anak masih belum siap dengan situasi yang terjadi pada dirinya.
Mereka akan terombang-ambing dengan emosi tak menentu yang bisa dipicu oleh beragam masalah sepele hingga besar.
Jika anak remaja yang sedang labil dibiarkan terus menerus maka bisa jadi ia akan merugikan diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
Seperti kejadian tak terduga yang dilakukan oleh seorang remaja berusia 15 tahun pada pertengahan 2019 lalu ini.
Diberitakan GridPop.ID, bocah berinisial R (bukan nama sebenarnya) terciduk merekayasa penculikannya sendiri.
Tak main-main, ia bahkan sampai menodong uang tebusan pada orang tuanya sebesar Rp 100 juta melalui pesan singkat.
Usut punya usut, kejadian ini terjadi di Banjarmasin Barat, Kalimantan Selatan pada Jumat (14/6/2019).
Baca Juga: Tak Perlu Repot Pakai Cara Lama, Ini Dia Tips Mengupas Nanas Tanpa Pisau yang Mudah dan Cepat
Dikutip dari Banjarmasin Post, Heri, ayah R panik sampai melapor pada kepolisian saat mendapatkan sebuah SMS terkait penculikan anaknya.
Diketahui, pesan soal penculikan R diterima oleh Heri sekitar pukul 07.40 Wita.
Pesan ancaman itu berbunyi, "Anak anda kami culik dan jangan lapor polisi dan kalau ingin nyawa anak anda selamat kirim rekening ke 02XXXXXXXX kalau anak anda ingin dilepas. Kalau dalam jangka waktu dua hari belum ditransfer anak anda akan tewas."
Lantaran panik sang anak benar-benar diculik, Heri langsung melaporkan kasus penculikan anaknya itu pada kepolisian Polda Kalimantan Selatan, Jumat (14/6/2019) sekitar oukul 10.00 Wita.
Petugas yang mendapatkan laporan pencurian anak langsung melakukan penyelidikan.
Dari hasil penyelidikan kepolisian, si pengirim SMS didapati berada di wilayah Jelapat Tamban.
Di rumah tersebut, kepolisian justru mendapatkan fakta di luar dugaan.
Ia menemukan R dan seorang temannya bernama Jani sedang berada di sebuah ruang.
Saat dimintai keterangan, R mengaku bahwa dirinya sengaja merekayasa kasus penculikannya sendiri bersama temannya.
Terkait kasus tersebut, pihak Kasubdit Jatanras AKBP Afebrianto membenarkan bahwa R melakukan rekayasa penculikannya sendiri.
Sementara itu, dijelaskan oleh tante dari teman R, yakni Rabiatul, ia mengaku bahwa nomor rekening yang ada pada SMS tersebut adalah nomor rekening miliknya.
Namun ia mengaku tidak mengetahui bahwa nomor rekeningnya itu digunakan R dan Jani untuk melakukan rekayasa penipuan.
Saat meminjam padanya, R mengaku bahwa sang ayah akan mengirimkan uang padanya.
"Katanya minta no rekening buat abahku akan mengirim uang," ucapnya.
Kejadian serupa ternyata juga pernah terjadi di Pangkep, Sulawesi Selatan pada Maret 2020 silam.
Dilaporkan Kompas TV, seorang remaja berusia 12 tahun nekat merekayasa penculikan dirinya sendiri lantaran terinspirasi sebuah sinetron.
Ia bahkan nekat meminum obat dan mengikat dirinya sendiri hingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Mirisnya lagi, motif dibalik tindakan remaja itu adalah untuk mencari perhatian orang tuanya.
GridPop.ID (*)
Komentar