Melalui Squid Game, ia bertemu dengan seorang pembelot muda Korea Utara dengan latar belakang tragis dan buruh Pakistan yang dianiaya oleh majikannya.
Kim Pyeong-gang, profesor konten budaya global di Universitas Sangmyung memaparkan kepada BBC, "Orang-orang, terutama generasi muda, yang secara sering menderita keterasingan dan kebencian dalam kehidupan nyata, tampaknya bersimpati dengan para karakter."
Seperti negara-negara tetangganya di Asia Timur, sifat masyarakat Korea Selatan yang sangat kompetitif membuat banyak orang tertekan.
Meski sudah bekerja keras, tidak mungkin semua orang bisa masuk universitas terbaik atau mendapat pekerjaan yang bagus.
Seperti yang dikatakan oleh salah satu anggota di balik layar Squid Game, "Semua peserta dalam permainan ini sama. Kami memberikan kesempatan terakhir kepada orang-orang yang mengalami perlakuan tidak setara dan diskriminasi di dunia luar untuk memenangi kompetisi yang adil."
Dalam salah satu adegan paling terkenal di Squid Game, seorang gadis robot raksasa menggunakan mata lasernya untuk melihat para pemain yang kalah dalam permainan.
Mereka kemudian dibunuh. Meski begitu, sutradara Squid Game Hwang Dong-hyuk membantah tuduhan tersebut dengan berkata, tidak ada hubungan antara kedua film itu dan persamaan diapungkan hanya karena genre-nya yang sama.
"Saya mulai merancang (Squid Game) pada 2008 dan mulai menulis skrip tahun 2009 ... kesamaan yang ditunjukkan adalah murni kebetulan dan tidak ada penyalinan dari salah satu pihak," katanya.
Bagaimanapun, segala kehebohan tentang Squid Game membuat film serial Netflix ini diharapkan dapat berlanjut ke season dua. Akan tetapi, penggemar mungkin harus menunggu lama untuk itu.
Source | : | Kompas.com,GridHype.ID |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Veronica S |
Komentar