Numplak Wajik
Dua hari sebelum Grebeg, diadakan upacara Numplak Wajik di dalam halaman istana.
Upacara ini berupa kotekan atau permainan lagu memakai kentongan, lumpang dan semacamnya.
Ini merupakan upacara yang menandai awal dari pembuatan gunungan yang akan diarak dalam acara Grebeg Muludan.
Sekaten dan perjalanannya
Tradisi turun-temurun dari sekitar abad ke-15 ini berasal dari Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam di pantai utara Jawa.
Seiring berjalanya waktu, agama Islam mulai menyebar ke beberapa daerah.
Metode penyebaran Islam juga beragam, melalui kesenian dan kebudayaan, juga melalui hubungan perkawinan.
Salah satu yang unik adalah penyebaran agama Islam melalui kesenian dan kebudayaan melahirkan tradisi-tradisi.
Ketika itu, para sunan dan wali melihat masyarakat Jawa menyukai perayaan, keramaian dan berhubungan dengan sebuah upacara.
Selain itu, keramaian itu identik dengan alat musik terutama irama gamelan yang ketika itu disukai oleh masyarakat.
Timbul dari gagasan Sunan Kalijaga, untuk menyelenggarakan sebuah perayaan untuk menyambut dan menyongsong hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada Rabiul Awal.
Berawal dari situ, akhirnya sistem perayaan ini sampai dua Kerajaan pecahan Mataram Islam, Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
Sekaten pada esensinya merupakan rangkaian acara untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Pada rangkaian acara ini, biasanya diadakan pasar malam selama satu bulan dengan acara puncaknya diadakan Grebeg Maulid Nabi dengan kirab gunungan.
Harian Kompas 23 April 2003 menjelaskan, Sekaten pada awalnya merupakan upacara yang berwujud pertunjukan kesenian Jawa-Islam serta dakwah yang diselenggarakan Keraton Yogyakarta.
Source | : | Kompas.com,GridPop.ID |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar