GridPop.ID - Berhubungan seks diketahui memiliki manfaat jika dilakukan bersama pasangan.
Berhubungan seks adalah bagian normal dari hubungan yang sehat karena meningkatkan oksitosin.
Oksitosin dijuluki hormon cinta karena dikaitkan dengan perasaan percaya dan empati yang merupakan kunci untuk membangun hubungan intim.
Jika kita memiliki hubungan intim dan merasa lebih terhubung dengan pasangan, kemungkinan besar keinginan untuk berhubungan seks alias libido juga bisa meningkat.
Namun, berhubungan seks secara berlebihan justru bisa menjadi bencana yang mempengaruhi hidup seseorang.
Hal inilah yang dirasakan oleh wanita ini setelah dirinya mengaku kecanduan seks.
Seorang wanita membagikan kisah hidupnya yang berantakan karena dirinya kecanduan berhubungan intim.
Dilansir dari laman Grid.ID, Rebecca Barker, wanita asal Inggris blak-blakan mengungkap dirinya mengalami kecanduan berhubungan intim sejak 2014 lalu.
Saking parahnya, Rebecca Barker harus berkonsultasi pada psikiater untuk mengobati kecanduan berhubungan intim yang ia alami.
Kondisi tersebut membuat ia tidak pernah merasa cukup dalam berhubungan seks.
“Yang lebih buruk lagi, berhubungan seks lima kali dalam seharipun tidak cukup bagiku,” kata Rebecca Barker.
Ibu tiga anak itu bilang, kondisi itu menguasai kehidupannya pada 2014 dan menghancurkan hubungannya dengan pasangan.
Pasalnya, kecanduan seks membuat Rebecca terus menerus memintanya pada pasangan untuk bercinta.
Ia mengaku, berhubungan seks adalah hal pertama yang dipikirkannya saat bangun tidur.
Parahnya, ia tidak bisa menghilangkan hal tersebut dari pikirannya.
Ia juga merasa segalanya mengingatkan dirinya akan seks.
Ia pikir kecanduan seks ini berhubungan dengan depresinya dan kurangnya serotonin.
Ia selalu merasa seluruh tubuhnya membutuhkan seks.
Selain itu, berhubungan seks memberikan dirinya pukulan sesaat dan lima menit kemudian ia menginginkannya lagi.
Akibatnya, ia menjadi seorang pertapa dan ia tinggal di rumah karena aku merasa malu.
“Hubungan seks adalah seluruh hal yang aku bisa pikirkan. Walaupun tidak ada orang yang dapat membaca pikiranku, hal itu tetap terasa sangat tidak nyaman bagiku berada di kelilingi orang lain,” kata Rebecca.
Dilansir dari BBC.co.uk, Senin (28/1/2020), kecanduan Rebecca akan seks menyebabkan masalah serius dalam hubungannya.
Pada awalnya, pasangannya menikmati hal itu, namun kemudian menjadi tidak dapat diatasi oleh pasangannya.
Setelah beberapa bulan pasangannya mulai mengajukan pertanyaan mengapa dan darimana hal itu bisa terjadi.
“Ia menuduh aku berselingkuh, ia pikir aku merasa bersalah karenanya dan itu sebabnya aku menginginkan seks dengan dirinya,” cerita Rebecca.
Pada November 2014, Rebecca ‘butuh mengakhiri’ hubungan itu dan tinggal bersama ibunya.
Ketika ia pergi, ia bilang kepada pasangannya bahwa ia perlu menenangkan diri.
Pasangannya membiarkan Rebecca pergi, dan kemudian hubungan mereka berakhir segera setelah kepergiannya.
Ia menambahkan sedang dalam perawatan psikater saat itu dan psikaternya mengatakan ia mengubah pengobatannya.
Namun, psikater tidak pernah mengatakan adanya grup yang bisa membantu atau lainnya.
Rebecca didiagnosa mengalami depresi pada 2012 setelah kelahiran anak ketiganya.
Ia mengatakan setelah kecanduan seks pada 2014, ia berganti pekerjaan, berpisah dengan pasangannya, dan pindah ke Prancis.
“Aku membuat banyak perubahan gaya hidup dengan tujuan untuk mengatasi depresi dan kecanduan seks, dan bagiku hal itu bisa berjalan,” tutup Rebecca.
Cara mengobati kecanduan seks
Dilansir dari laman kompas.com, pada dasarnya seorang pecandu seks dapat diubah atau diobat, meskipun mungkin memerlukan perawatan dari profesional medis seperti psikolog, psikiater, atau terapis seks.
Bergantung pada penyebab yang mendasari dan bagaimana hal itu bermanifestasi dalam kehidupan pribadi seseorang, pengobatan dapat bervariasi.
Jika kecanduan seks muncul bersamaan dengan gangguan kecemasan atau gangguan mood lain yang mendasarinya, rencana perawatan mungkin juga mencakup obat-obatan.
Bentuk pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecanduan seks, di antaranya yakni:
- Konsultasi dengan profesional kesehatan mental
- Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
- Desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata (EMDR)
- Terapi psikodinamik
- Kelompok terapi
- Mendapatkan kelompok pendukung
- Perawatan rawat inap
- Konseling pasangan atau konseling pernikahan
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Grid.ID |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar