Dokter memperingatkan, bahwa kasus ini mungkin bisa dijadikan pengalam bagi wanita yang hingga kini masih melakukan aborsi.
Lebih lanjut, dokter mengungkapkan, bahwa wanita yang melakukan aborsi lebih dari tiga kali memiliki kemungkinan 80% kemandulan.
"Menempelnya rahim endometris, jaringan parut pada rahim, penyakit radang panggul dan kerusakan pasca operasi semuanya dapat menyebabkan kemandulan sekunder," kata Dr Trieu.
Oleh sebab itu, lebih baik jika wanita yang belum menikah untuk tidak memiliki anak, dan mengambil tindakan hati-hati, untuk menghindari kehamilan yang tidak direncanakan.
Sebagai tambahan, dilansir dari laman kompas.com, tidak ada prosedur klinis yang 100 persen bebas risiko.
Begitu juga dengan aborsi. Aborsi dapat menimbulkan beberapa risiko, terutama jika dilakukan pada 12 minggu pertama kehamilan.
Risiko pada saat aborsi
Ada sejumlah risiko yang bisa saja terjadi selama prosedur aborsi, misalnya:
- Haemorrhage (pendarahan yang banyak) terjadi pada sekitar satu dari 1.000 aborsi.
- Kerusakan mulut rahim, terjadi pada tidak lebih dari 10 per 1.009 aborsi.
- Kerusakan rahim, terjadi pada sekitar empat dari 1.000 aborsi bedah (surgical abortiin) dan satu dari 1.000 aborsi medikal pada usia kehamilan 12-24 minggu.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Intisari Online |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar