Pesawat ini mendarat di satu-satunya bandara di Mulia yang dapat ditempuh selama satu jam dari Kota Jayapura.
Karena Distrik Mulia berada di lembah gunung, maka pesawat harus melewati sela-sela gunung sesaat sebelum mendarat.
Selain menggunakan pesawat, Distrik Mulia dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat.
Selama 16 jam, perjalanan harus melewati jalan berupa tanah dan bebatuan.
Selain itu harus melewati punggungan bukit dengan jurang yang dalam di sisi kanan dan kiri.
Meskipun begitu, distrik ini sudah mulai terkena arus modernisasi yang ditunjukkan dengan adanya sejumlah kantor pemerintahan.
Selain itu, jalan raya di daerah inipun sudah dilapisi dengan aspal, sehingga menjadikannya jalanan yang cukup baik.
Pemukiman penduduk pun tersebar di seluruh penjuru Distrik Mulia yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas publik di antaranya rumah ibadah, rumah sakit, sekolah, dan tempat olahraga.
Sebagai sumber listrik, Distrik Mulia memiliki sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Pada siang hari, suhu di sana sekitar 15 derajat Celcius, sedangkan pada malam hari, suhunya bisa mencapai sembilan derajat Celcius.
Curah hujan di sana juga terjadi hampir sepanjang tahun.Sudah terbayang betapa dinginnya kota tersebut.
Maka itu, sebagian besar warga yang tinggal di sana masih menempati Hanoi, yaitu rumah adat Papua.
Rumah Hanoi yang tanpa jendela bisa membuat udara dingin nggak mudah masuk ke rumah.
Sedangkan rumah berdinding semen biasanya hanya digunakan untuk gedung perkantoran saja.
Sayangnya, wilayah yang memiliki pemandangan indah ini termasuk salah satu daerah konflik. Di kota ini, sering terjadi bentrok antar warga dari daerah lain yang berdekatan.
Maka itu, di sana diberlakukan jam malam. Setelah pukul 6 sore, tidak boleh ada kegiatan di luar rumah.
Source | : | Kompas.com,Grid.ID |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar