"Saya mulung pakai gerobak. Kalau istri pakai karung nyari rongsokannya," tutur Kusnadi.
Kusnadi mengatakan, dirinya dan sang istri berasal dari luar Purwakarta.
Dia berasal dari Tasikmalaya, sedangkan sang istri dari Bandung Barat.
Namun sejak tahun 1996, pria 46 tahun itu sudah merongsok di Purwakarta.
Pekerjaan itu sempat dia tinggalkan beberapa tahun kala dia bekerja di perusahaan sawit di Kalimantan dan Jambi.
Namun usai bekerja di luar pulau, Kusnadi kembali ke Purwakarta dan melanjutkan pekerjaannya sebagai pemulung.
"Soalnya tenaga sudah gakuat," kata Kusnadi menjelaskan alasannya berhenti bekerja di perusahaan sawit.
Kang Dedi pun menanyakan mengapa Kusnadi tak kembali ke kampung halaman ketimbang jadi pemulung di kota orang.
"Ya gimana ya, udah biasa kerja kemana aja pak," kata Kusnadi.
Menjadi seorang pemulung, Kusnadi mengaku mendapatkan uang rata-rata Rp 60 ribu setiap harinya.
Namun melihat Kusnadi dan istri ketimbang jadi pemulung dan tak punya tempat tinggal, Kang Dedi menawarkan solusi kepada mereka untuk pulang ke kampung halaman.
"Kalau bapak pulang ke Tasik nanti rencananya apa?," tanya Kang Dedi.
"Di sana ada empang kan, ikut ambil ikan, kadang dibawa ke pasar," kata Kusnadi.
Mendengar hal itu, Kang Dedi pun siap memberikan modal kepada Kusnadi dan sang istri agar mereka membuka usaha budi daya ikan di kampung halamannya ketimbang hidup menggelandang di kota orang.
"Dikasih modal untuk bekel usaha ikan. Nanti ditambah modal lagi kalau ketahuan usaha ikannya jalan," ujar Kang Dedi.
Source | : | Kompas.com,Tribun Jakarta |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Veronica S |
Komentar