GridPop.ID - Pria asal Rwanda yang bernama Jean ini adalah penyandang disabilitas.
Namun, fakta soal dirinya ini ternyata belum diketahui oleh pasangannya.
Usai sah menikah Jean pun jujur untuk mengungkapkan kebenaran soal kakinya yang diamputasi.
Ternyata begini respon pasangannya sungguh tak biasa.
Sebelumnya, Jean De Dieu Ndayisenga ini menjalin hubungan dengan Deborah Muteteri (Juga disebut Borah) sejak 2018 lalu.
Mereka bertemu di sebuah kompetisi menyanyi, kala itu, Jean menyanyi, sementara Borah jadi penonton.
Jean menemukan bakat menyanyi setelah lulus SMA dan lagu perdana yang ditulisnya mengenai Penyandang Disabilitas.
“Kami bertemu ketika saya berada di sebuah kompetisi, dari panggung, dia mengucapkan selamat kepada saya.
Kami berbicara tetapi saya bisa melihat dia penasaran dengan banyak pertanyaan.
Dia bertanya, “Apakah kamu tidak merasa sakit ketika kamu berdiri dengan kruk dan bernyanyi? Saya mengatakan kepadanya, seseorang harus bertahan,” kenang Jean, dikutip Tribun Trends dari My Wedding, Senin (8/11/2021).
Setelah 5 bulan berteman, Jean jatuh cinta pada Borah, namun, ia takut saat ingin melamarnya.
“Dia tahu saya memiliki kedua kaki dan mengira itu adalah cedera normal, karena saya tidak pernah menunjukkan kepadanya kaki saya.
Seiring berjalannya waktu, itu mulai menjadi teka-teki yang sulit bagi saya.
Dia mengenal saya dan kami sudah lama jatuh cinta, saya berpikir untuk menikah dengannya karena dia selalu ada untuk saya, tetapi saya takut untuk menunjukkan kepadanya bagaimana keadaan saya, saya pikir dia akan meninggalkan saya," sambungnya.
Sampai hari pernikahan tiba, Borah tidak pernah tahu bahwa dia diamputasi.
Acara pernikahan pun selesai, Jean lantas mengungkap kebenaran di balik kedua kakinya.
Pria asal Rwanda itu takut kehilangan orang tersayang lagi setelah keluarganya meninggalkannya saat ia kecil.
Alih-alih marah, Borah justru lebih mencintai dan ingin melindungi suaminya.
“Setelah menunjukkan kepada saya siapa dia, itu memberi saya sejuta alasan untuk lebih mencintainya.
Saya menyadari bahwa saya harus berbuat lebih banyak untuk membuatnya lebih bahagia daripada dia di masa lalunya, untuk membuatnya melupakan masa kecilnya dan masa lalunya, mereka yang menggertak dan mengecilkan hatinya.
Saya katakan meskipun dia tidak punya kaki, ini tidak akan menghentikan saya untuk tidak mencintainya," beber Borah.
Kala itu, ia dan keluarganya melarikan diri ke Kongo karena adanya peperangan di Rwanda.
Saat mereka kembali dari Kongo, ledakan bom membuat kaki Jean luka serius sampai sempat koma.
Dua bulan bangun dari koma, Jean baru mengetahui satu kakinya hilang.
Setelah melakukan pemeriksaan dan banyak scan, dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya saat usia Jean 7 tahun.
Dokter mengaku takut jika itu dapat menyebabkan penyakit kanker.
Setelah diamputasi, Jean tumbuh dengan membenci dokter, bahkan menganggapnya musuh.
Ibu dan ayah sempat merawatnya dengan baik, namun, orangtuanya terlebih dahulu meninggalkan Jean.
Lebih menyedihkan lagi, Jean kemudian ditinggal oleh adiknya sendiri dan beberapa keluarga tak mengizinkan Jean tinggal bersama karena cacat.
Dia menjadi depresi bahkan, sempat terpikir bunuh diri karena tak bisa melakukan hal-hal normal seperti anak-anak lain.
Suatu hari, dia dibawa ke rumah sakit dan diberi kinesio terapi. Ia mendapat bantuan kaki palsu dari dokter.
Jean pun bertemu dengan banyak orang penyandang disabilitas lain, dukungan menghampirinya.
Ia mulai berjalan tegak dan mendapatkan rasa percaya diri yang besar hingga akhirnya menemukan bakat menyanyi, mengikuti kompetisi, dan bertemu pujaan hatinya, Borah.
Sementara dalam kisah yang lain, Seorang pria asal Austria kaget ketika dia siuman dari operasi, dia mendapati dokter salah mengamputasi kaki.
Kakek berusia 82 tahun itu awalnya dibawa ke Klinik Freistadt di Austria, dekat perbatasan Ceko, karena menderita sejumlah penyakit.
Dia dijadwalkan untuk menjalani amputasi kaki kiri. Namun begitu terbangun, dia kaget karena kaki yang diamputasi sebelah kanan.
Juru bicara klinik menerangkan, mereka juga kaget atas insiden yang terjadi pada 18 Mei, meski telah menerapkan standar ketat.
Klinik menyatakan, mereka menyadari kekeliruan tersebut ketika sedang mengganti perban pada Kamis pekan lalu (20/5/2021).
Dokter melakukan kesalahan sebelum operasi. Meski begitu, dia sempat menandai kaki yang seharusnya diamputasi.
"Sayangnya kesalahan ini, di mana kaki kanan diamputasi berangkat dari kesalahan lain," ujar klinik dikutip Kompas.com dari Daily Mirror Jumat (21/5/2021).
Si pasien yang tak disebutkan identitasnya ditawari bantuan psikologi, meski harus menunggu jadwal operasi untuk memotong kakinya yang sakit.
"Kami mengagendakan secepatnya," jelas si juru bicara.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Trends |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar