GridPop.ID - Nyawa gadis muda ini hilang di tangan pria hidung belang yang menyewanya.
Hal ini bermula ketika gadis ini sepakat bertemu di hotel dengan seorang pria hidung belang.
Dilansir dari laman tribunmedan.com, kesepakatan awal kencan gadis ini dengan pria hidung belang itu Rp 500 ribu sekali main.
Namun terjadi negoisasi dan keduanya sepakat banting harga menjad Rp 250 ribu.
Petaka kencan gadis muda ini berawal saat pamit meminta pergi keluar kamar hotel untuk membeli pulsa.
Gadis yang berusia 21 tahun ini pun meregang nyawa.
Diketahui pelaku pembunuh yang sempat melarikan diri akhirnya kini berhasil ditangkap polisi.
Setelah berhasil melarikan diri selama tiga minggu.
Selama tiga minggu dalam pelarian, polisi akhirnya berhasil meringkus Rudy (23), pria yang membunuh Rabiatul Adawiyah (21) alias Atul di sebuah hotel di Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (16/10/2021) lalu.
Rudy ditangkap di Kutai Barat, Sabtu (6/11/2021).
Wakapolresta Samarinda, AKBP Eko Budiarto menyebut polisi membutuhkan waktu tiga minggu karena pelaku lihai dalam melarikan diri.
Selain itu, wajah pelaku saat melancarkan pembunuhan juga tak terekam CCTV hotel.
"Usai melakukan tindak pidana itu (pembunuhan) korban tidak langsung pulang ke rumahnya," jelas Eko, dikutip dari TribunKaltim.com, Senin (8/11/2021).
"Tapi berpindah-pindah ke rumah rekannya, hingga beberapa hari kemudian kabur ke Kubar."
Selain Rudy, polisi juga meringkus muncikari korban, Erwin.
Menurut Eko, Erwin sudah satu tahun menjadi muncikari.
"Tetapi antara korban dan mucikari tidak saling kenal. Hanya berkomunikasi melalui aplikasi michat," katanya.
Di hadapan polisi, Rudy mengaku menyesal menghabisi nyawa korban.
Pembunuhan itu bermula saat korban dan Rudy bertemu di kamar 508 sebuah hotel sekira pukul 03.00 WITA.
Saat itu, Rudy langsung meminta korban melayaninya.
Namun, pelaku justru meminta setengah dari tarif yang sudah disepakati.
"Sepakatnya Rp 500 ribu. Jadi Saya bayar setengahnya dulu Rp 250 ribu," terang Rudy.
Namun, setelah menerima uang korban tak langsung melayaninya.
Korban justru pamit keluar membeli pulsa prabayar.
Tindakan korban itu pun membuat Rudy emosi.
"Dia (Atul) kan bilang kalau bayar setengah (Rp 250 ribu) enggak bakal nipu saya, jadi saya bayar," ujarnya.
"Tau-tau kok langsung mau keluar, saya tarik dan hempas ke kasur sambil saya ancam akan saya bunuh kalau enggak mau melayani saya."
Mendengar ancaman itu, korban langsung berteriak minta tolong.
Rudy tak tinggal diam, ia membekap wajah korban menggunakan bantal.
Korban pun berontak dan menendangnya lalu berusaha lari keluar kamar.
Rudy kemudian menarik korban hingga terjatuh di lantai.
"Saya lihat ada pecahan kaca di bawah meja dan langsung Saya tusuk berkali-kali si korban," tambah Rudy.
"Kacanya saya bawa terus buang ke sungai. Waktu ada celah Saya kabur ke Kubar ke rumah saudara saya di sana."
Meski terlihat tenang, Rudy mengaku sangat menyesal telah membunuh teman kencannya itu hingga ungkap alasan yang bikin syok.
Ia pun meminta maaf yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban dan mengakui jika dirinya khilaf.
"Maaf, saya khilaf," ucapnya lirih.
Sebagai tambahan yang dilansir dari laman kompas.com, Ketua Departemen Kriminologi Universitas Indonesia (UI), Iqrak Sulhin menyampaikan bahwa terjadinya kasus pembunuhan juga biasanya diikuti oleh beberapa faktor, seperti terjadinya masalah dalam hubungan interpersonal antara pelaku dengan korban.
"Masalah interpersonal seperti adanya dendam, sakit hati, atau sengketa. Ini pula yang menjadi dasar bahwa pelaku adalah orang yang dikenal korban," ujar Iqrak.
Iqrak juga mengungkapkan bahwa jarang sekali, bahkan nyaris tidak pernah ada kasus pembunuhan berencana yang dilakukan oleh orang asing.
Menurut Iqrak, pembunuhan terjadi karena hilangnya mekanisme sosial yang memberi ruang bagi perbincangan hangat antar-manusia.
"Karena ciri khas manusia adalah berinteraksi, sebagai makhluk sosial, sehingga bisa saja ada masalah di dalam interaksi tersebut yang berujung pada terjadinya kekerasan," ujar Iqrak.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunmedan |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar