Puy-Saint-Pierre dan dengan indahnya bersarang di sebuah lembah yang dikelilingi oleh puncak-puncak yang tertutup salju.
Banyak orang di desa itu saling kenal dan hadir ketika Sandrine tiba di pesta pernikahan, mereka mengenakan gaun merah anggur, sangat elegan, mahal dan cerah dan memegang buket mawar kuning dan merah cerah.
Si tua Marcel, di sisi lain, tampak sangat terabaikan dibandingkan Sadrine dia datang mengenakan jas tua dan dengan rambut acak-acakan.
Namun setelah menikah, Sandrine terus tinggal di Paris, sementara Marcel masih tinggal di gubuknya di Pegunungan Alpen.
Pasangan yang baru menikah hampir tidak pernah bertemu. Aneh bukan?
Namun, Sadrine memberikan penjelasan dia mengatakan bahwa, "Marcel adalah pria yang hidup di Abad Pertengahan, bahkan di era prasejarah," jelas Sandrine.
"Saya seorang Paris sejati. Saya masih tinggal di sini. Tetapi saya akan menemukan suami saya sesering mungkin. Saya pergi ke sana untuk melihatnya dan juga untuk membuatnya tersenyum," tambahnya.
Setahun setelah pernikahan itu, Marcel terlibat kecelekaan bersama Sadrine, Marcel meninggal sementara Sadrine dan dua temannya selamat.
Ada rumor bahwa Sadrine terlibat dalam kecelakaan itu tapi tidak ada bukti akurat.
Sadrine hancur dan menangis sepanjang hari, namun Sadrine sebentar lagi akan menjadi pewaris kekayaannya.
Setelah suaminya meninggal, Sadrine menjadi milyader, karena dia adalah pewaris tunggal.
Meski sederhana, Marcel memiliki kekayaan besar dengan tanah berhekar-hektar di Pegunungan Alpen.
Source | : | Kompas.com,Sosok.id |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar