GridPop.ID - Beberapa negara-negara di Eropa alami lonjakan kasus Covid-19 belakangan ini.
Padahal negara-negara tersebut memiliki tingkat vaksinasi Covid-19 yang cukup tinggi.
Namun ternyata dengan melakukan vaksinasi Covid-19 belum cukup untuk menghentikan penyebaran wabah virus corona.
Hal ini disebabkan karena kelengahan masyarakat yang sudah merayakan kehidupan normal.
Dilansir dari Kompas.com, seperti di Irlandia, kini memberlakukan jam malam tengah malam di industri hiburan awal pekan ini, meskipun tingkat vaksinasinya salah satu yang terbaik di Eropa yaitu 89,1 persen.
Kemudian di Portugal yang mana 87 populasinya sudah divaksin, pemerintah sedang mempertimbangkan langkah-langkah baru ketika kasus meningkat.
Sementara itu, Inggris mengalami gelombang Covid-19 yang panjang meski Perdana Menteri Boris Johnson sering menyuarakan keunggulan awal dalam vaksinasi.
Belanda juga memberlakukan pembatasan baru yang memicu demo ricuh di Rotterdam pada Jumat malam (19/11/2021).
Sementara di Austria sudah memasuki lockdown nasional total pada Senin (22/11/2021), hanya beberapa hari setelah me-lockdown orang-orang yang belum divaksin.
"Vaksinasi memang membantu," kata Ralf Reintjes, profesor epidemiologi dan pengawasan kesehatan masyarakat di Universitas Sains Terapan Hamburg di Jerman.
"Mereka adalah satu hal dalam proses menghentikan virus. Tapi itu saja tidak cukup kuat."
Irlandia adalah salah satu negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi di Eropa, yakni 89,1 persen untuk usia di atas 12 tahun, dan tiga perempat dari semua orang sudah divaksin.
Itu seharusnya tidak mengejutkan, kata para ahli, karena sejumlah kecil orang yang belum divaksinasi dapat mendorong penularan.
Dalam populasi Irlandia yang berjumlah 5 juta orang, sekitar satu juta penduduk masih belum terlindungi.
McConkey mencatat bahwa sebagian besar anak-anak belum divaksinasi, dan orang tua serta orang yang rentan dengan penyakit penyerta masih dapat menderita kasus lanjutan, kemudian orang sehat tanpa gejala (OTG) dapat tertular dan menularkan virus.
Mulai longgarnya kewaspadaan orang-orang karena lelah menerapkan protokol kesehatan, juga berdampak pada lonjakan Covid-19 di Eropa.
"Salah satu faktor utama adalah bosan dengan corona, orang-orang benar-benar lelah dengan pandemi ini," ungkap Ralf Reintjes, profesor epidemiologi dan pengawasan kesehatan masyarakat di Universitas Sains Terapan Hamburg di Jerman.
Jerman pada Kamis (18/11/2021) mencatat lebih dari 65.000 kasus Covid-19 harian baru, tetapi masih banyak bar di Jerman dan pasar Natal yang dikunjungi banyak orang, ujar Reintjes.
Musim karnaval Cologne minggu lalu juga dibuka untuk banyak pengunjung, meskipun hanya orang-orang yang sudah divaksin atau sudah sembuh dari Covid-19 yang diterima.
Mereka mendesak lebih banyak orang untuk segera divaksin, dan membatasi aktivitas orang-orang yang belum disuntik vaksin Covid-19.
Akan tetapi, menurut para ahli upaya semacam itu sudah terlambat untuk membendung lonjakan ini.
Sebaliknya, mereka bersikeras bahwa mengikuti prokes dan mengurangi sosialisasi dapat membuat efek langsung.
Sementa di Ibu Kota Belgia, puluhan ribu orang berbaris untuk memprotes tindakan anti-Covid.
Beberapa pengunjuk rasa melemparkan kembang api ke arah petugas polisi.
Menanggapi aksi tersebut, aparat berwajib lantas membalas dengan semprotan gas air mata dan meriam air.
Dilansir dari Tribunnews.com, demonstran turun ke jalan menentang penggunaan kartu pas Covid dan lockdown bagi orang yang tidak divaksin memasuki tempat-tempat umum, seperti restoran atau bar.
Peristiwa ini terjadi beberapa waktu setelah protes di Belanda terkait hal sama.
Pada Sabtu (20/11/2021), orang melemparkan kembang api ke arah polisi dan membakar sepeda di Den Haag.
Protes di Rotterdam itu berubah menjadi kekerasan hingga aparat kepolisian akhirnya melepaskan tembakan.
Di Austria, ribuan orang juga turun ke jalan memprotes hal yang sama.
Di tempat terpisah, kemarahan warga Kroasia dan Italia memuncak atas lockdown baru yang ditetapkan pemerintah.
Lebih lanjut, di Belgia, aturan tentang masker wajah telah diperketat, termasuk di tempat-tempat seperti restoran di mana izin Covid sudah diperlukan, dan sebagian besar orang Belgia juga harus bekerja dari rumah empat hari seminggu hingga pertengahan Desember.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar