“Akhirnya kita mencoba menjelaskan pada pasien bahwa jika saya tidak melayani dia, maka bagaimana saya bisa membantu penyembuhannya? Jadi akhirnya dia bisa menerima, namun tetap saat itu mereka minta kita untuk jaga jarak,” imbuhnya.
Menurut Fen, kondisi Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran saat itu benar-benar kacau.
Fen juga bercerita bahwa dua orang perawat harus melayani sebanyak 60 sampai 70 pasien lantaran kurangnya sumber daya tenaga kesehatan.
“Jadi saat itu stres karena banyaknya orang, kemudian mendapatkan dampak stigma dari pasien. Tapi ya sudahlah, akhirnya kita juga tetap menikmati pekerjaan itu selama di Wisma Atlet,” lanjutnya.
Kawan Puan, meskipun memiliki tugas yang mulia dan peran yang sangat penting selama pandemi Covid-19, tak sedikit tenaga kesehatan yang mengalami stigma negatif.
Fentia Budiman hanyalah satu dari sekian banyaknya tenaga kesehatan (nakes) yang memiliki pengalaman tidak mengenakkan ini.
Alih-alih memberikan stigma negatif kepada mereka yang sudah berjuang di tengah pandemi, kita sebaiknya mengapresiasi mereka atas kerja kerasnya, ya!
Artikel telah tayang di Parapuan.co dengan judul "Cerita Fentia Budiman Soal Stigma yang Didapat Jadi Nakes Garda Depan"
GridPop.ID (*)
Source | : | Parapuan.co |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Veronica S |
Komentar