“Karena banyak dari penduduk desa adalah petani, sambil menunggu panen mereka bekerja untuk memilah sampah plastik impornya,” kata Nina.
Dalam proses daur ulang sampah tersebut, masalah lingkungan yang berdampak pada manusia dan hewan pun kerap terjadi, seperti gas beracun dan gas rumah kaca dari hasil pembakaran sampah yang tidak laku.
Hal tersebut membuat gadis yang saat ini masih duduk di bangku SMP itu geram dan tidak terima.
“Saya merasa tidak terima, ini tidak adil. Ini sampah negara maju yang kaya, kok, yang merasakan dampaknya kami, orang Indonesia,” imbuhnya.
Tulis surat ke Donald Trump sampai Angela Merkel
Pada 2019 lalu, Nina juga pernah menarik perhatian usai memberanikan diri menulis surat ke Presiden Amerika Serikat saat itu, yakni Donald Trump.
Rupanya, jauh sebelum itu Nina juga pernah mengirim surat ke Bupati Gresik tentang kerusakan lingkungan di dekat tempat tinggalnya.
Saat itu, Nina bahkan baru duduk di bangku kelas 5 SD.
Lebih lanjut, Nina juga pernah mengirim surat ke Kanselir Jerman, Angela Merkel; Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte; Menteri Infrastruktur dan Pengelolaan Sumberdaya Air Belanda, Barbara Visser.
Selain menulis surat protes ke orang-orang tersebut, ia juga pernah mengadakan aksi demo di depan gedung konsulat Amerika bersama teman-temannya serta Ecoton.
Source | : | Parapuan.co |
Penulis | : | None |
Editor | : | Veronica S |
Komentar