Guru pesantren hanya 1, pelaku HW
Salah satu keanehan pesantren tersebut, lanjut Diah, meski disebut sebagai pesantren, tapi pengajarnya yang mengajar di pesantren tersebut, hanya pelaku HW saja.
Jika pun ada guru lain yang datang, tidak tentu waktunya dan hanya bersifat guru panggilan, tidak seperti halnya sekolah atau pesantren pada umumnya.
"Sisanya (waktu), mereka masak sendiri, gantian memasak, tidak ada orang lain lagi yang masuk pesantren itu," katanya.
Tidak ada ijazah walau lulus SMP
Diah juga mengaku bingung pada pesantren tersebut, karena ada korban yang disebut telah lulus SMP di pesantren tersebut. Namun, ijazahnya tidak ada.
Makanya, pihaknya sempat kesulitan juga memfasilitasi para korban melanjutkan ke SMA.
"Ijazahnya ini bener apa enggak, ternyata ada yang sekolah di sana dari SD, ijazah SD enggak ada, ijazah SMP enggak ada, jadi itu harus ikut persamaan," katanya.
Source | : | Kompas.com,Tribunmanado.co.id |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar