"Setiap tahun baru, aku selalu kendarai Ferrari cuma untuk pamer ke saudara dan teman-temanku. Kau kira itu kebahagiaan sejati? Sejujurnya, itu hanyalah wujud dari dengki, cemburu, dan kebencian."
"Di akhir hidupku, aku tak menemukan kebahagiaan dari harta yang kumiliki, Ferrari-ku, lahan yang kupunya, hingga bisnis yang sukses kubangun," ungkap dr. Richard di penghujung hidupnya, dikutip Grid.ID dari World of Buzz.
Dr Richard menganggap, jika harta-harta yang dimilikinya itu tak mampu menemaninya di akhir hidupnya,
"Ironisnya adalah, semua barang mewah yang kupunya, kesuksesan, penghargaan, mobil, rumah dan semuanya. Aku kira semua itu akan memberiku kebahagian."
"Berpikir tentang semua itu, aku justru tak bisa merasa bahagia., Aku tak bisa memeluk Ferrari-ku saat tidur. Tidak, itu tidak akan pernah terjadi," jelasnya.
Bukan dari harta, dr. Richard mengaku jika ia mampu mendapatkan kebahagian dari orang-orang yang berada di dekatnya.
"Yang memberiku kebahagiaan selama 10 bulan ini adalah interaksiku dengan orang tercinta, teman, dan orang-orang yang memang peduli denganku. Mereka tertawa dan menangis bersamaku, mereka bisa mengerti apa yang tengah kuhadapi," ujarnya.
Jika diberi kesempatan untuk bisa mengulangi hidup, dr. Richard ingin menjadi dokter yang berbeda dari dirinya sekarang.
"Jika bisa, aku pasti bakal menjadi dokter yang berbeda. Karena aku sudah sungguh mengerti akan apa yang dirasakan para pasienku sekarang. Terkadang, kamu harus belajar dengan cara yang sulit," tambahnya lagi.
Source | : | Kompas.com,Asia One,Grid.ID |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar