"Itu belum tentu menguntungkan eksportir karena kami akan dibayar dalam rupee, menghindari pasar bebas, dan tidak memberikan nilai nyata bagi kami," ujar Roshan Rajadurai.
Sri Lanka dilaporkan harus memenuhi sekitar USD 4,5 miliar dalam pembayaran utang tahun depan, dimulai dengan pembayaran obligasi negara internasional senilai USD 500 juta pada Januari.
Namun, cadangan devisa negara itu menyusut menjadi $1,6 miliar pada akhir November, menurut data terbaru dari bank sentral.
Gubernur Bank Sentral, Ajith Nivard Cabraal, mengatakan awal bulan ini, Sri Lanka yakin dapat "dengan mulus" membayar semua utang negara yang jatuh tempo pada 2022.
Sementara itu dilansir dari Aawsat, pemerintah Iran telah menyetujui ide ini.
"Dalam negosiasi baru-baru ini, kami mencapai kesepakatan tertulis untuk mengganti utang dan bunga Iran dalam bentuk pengiriman bulanan teh yang diproduksi di Sri Lanka," kata kepala Organisasi Promosi Perdagangan Iran.
Alireza Peyman-Pak seperti dikutip mengatakan bahwa "kesepakatan tercapai pada hari Selasa, yang menurutnya Sri Lanka akan mengekspor teh ke Iran setiap bulan untuk melunasi utang USD 251 juta untuk minyak Iran yang dipasok ke Sri Lanka sembilan tahun lalu".
GridPop.ID (*)
Source | : | tribunnews,aawsat.com |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Veronica S |
Komentar