GridPop.ID - Kecelakaan Nagreg yang menewaskan Handi dan Salsabila masih terus menjadi sorotan hingga kini.
Sebelumnya, dua remaja berboncengan sepeda motor menjadi korban tabrakan di Nagreg, Jawa Barat, 8 Desember 2021.
Namun, kedua korban kemudian dilaporkan hilang oleh keluarga.
Pada 11 Desember 2021, warga di aliran Sungai Serayu Banyumas dan Cilacap menemukan dua mayat remaja tanpa identitas.
Hasil koordinasi Polrestabes Bandung dan Polresta Banyumas serta Polres Cilacap, dipastikan, dua mayat tersebut merupakan korban kecelakaan Nagreg.
Hasil pengembangan diketahui, kedua remaja tersebut dibuang ke Sungai Serayu oleh 3 oknum TNI AD yang sebelumnya menabrak mereka menggunakan mobil.
Ketiganya sempat melarang warga membantu evakuasi korban dan langsung memasukkan korban ke dalam mobil dengan alasan akan dibawa ke rumah sakit.
Baru-baru ini fakta baru soal kecelakaan Nagreg pun terkuak saat polisi melakukan rekonstruksi bersama dengan pelaku.
Dilansir dari laman tribunnews.com, pusat Polisi Militer Angkatan Darat (Puspomad) menggelar rekontruksi kasus kecelakaan lalu lintas dan pembuangan jasad sejoli asal Nagreg, Jawa Barat, Senin (3/1/2022)
Rekonstruksi dilakukan di dua tempat berbeda.
Lokasi pertama di samping jalan, Desa Ciaro, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang merupakan lokasi kecelakaan.
Lokasi kedua di Jembatan Sungai Tajum, Jalan Raya Rawalo, Desa Menganti, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Diketahui dalam kasus yang menewaskan Salsa dan Handi tersebut tiga oknum TNI AD ditetapkan sebagai tersangka masing-masing atas nama Kolonel Priyanto, Koptu Dwi Atmoko, dan Kopda Ahmad Sholeh.
Dalam rekonstruksi tersebut ketiga tersangka dihadirkan langsung.
Dari rekonstruksi di Nagreg, terungkap posisi kedua korban setelah tertabrak mobil panther hitam yang ditumpangi tiga tersangka.
Hal itu diketahui dari adegan pertama dalam rekonstruksi.
Korban digantikan dengan boneka manekin.
Posisi korban Salsa berada di kolong mobil, sedangkan korban Handi berada di samping mobil.
Setelah itu, kedua pelaku turun dari mobil.
Dalam adegan selanjutnya, dua pelaku dan saksi mengevakuasi korban pertama ke pinggir jalan.
Adegan ketiga, korban Salsabila ditarik dari kolong mobil dibawa ke pinggir jalan, disimpan di dekat korban Handi.
Lalu tersangka 1 dan 2 membawa korban Salsabila ke mobil dimasukkan ke jok tengah mobil, atau pintu kedua.
Adegan keempat, korban laki laki dimasukkan ke bagian belakang mobil atau pintu belakang mobil oleh tersangka 1 dan 3, bersama saksi.
Sedangkan adegan kelima, tersangka pergi dan membawa kabur kedua korban.
Seorang saksi, Saefudin Juhri, yang ikut dalam rekontruksi tersebut membenarkan adegan yang diperagakan para tersangka.
"Adegan tadi itu benar, sesuai saat kejadian," ujar Saefudin, setelah mengikuti rekontruksi.
Dari foto tersangka tabrak lari yang beredar, Saefudin tampak membelakangi dan menatap dua tersangka saat mengangkut tubuh korban.
Selain menghadirkan langsung ketiga tersangka, mobil minibus hitam yang digunakan tersangka juga dihadirkan.
Saefudin mengaku, dalam rekontruksi tersebut, ia andil dalam 4 adegan, dari total 5 adegan dalam rekontruksi.
Saat melihat wajah tersangka, dia menyebut bahwa wajahnya sama dengan yang dia lihat pada hari kejadian, 8 Desember 2021.
"Saya saat itu ikut membantu mulai menggotong korban dibawa ke pinggir, hingga dimasukkan ke mobil ada 4 adegan," kata Saefudin.
Pada saat kejadian, Saefudin mengaku, ia mendengar suara benturan cukup keras.
"Saat itu saya sedang memuat pasir lagi kerja, lalu saya ke luar, melihat korban tergeletak," kata Saefudin.
Setelah kejadian saat korban tergeletak, kata Saefudin, banyak orang yang melihat dari jauh tapi tak menghampiri.
"Korban yang satu di kolong yang satu di pinggir jalan," ucapnya.
Dia dan tersangka mengevakuasi korban ke jalan yang menuju makam.
"Ada 5 menit, setelah itu yang bawa mobil mondar-mandir, katanya udahlah bawa saja ke rumah sakit," katanya.
Bahkan menurut Saefudin, tersangka sempat menanyakan apakah ada ambulans di sini.
"Kan saya tak tahu, saya jawab enggak ada di sini, enggak ada ambulans," ujarnya.
Saat kejadian, kata Saeful, korban tak langsung dibawa, sempat menunggu kejadiannya mungkin ada sekitar 10 menit.
"Pas diambil, dia bilang mau ke rumah sakit. Tolong lah bantuin, mau diambil ke rumah sakit saja. Masyarakat tak ada yang hampiri, ya sudah saya naikin," kata dia.
Saeful mengaku, dirinya hanya kerja di daerah tersebut, sehingga tak mengenal korban.
"Setelah mobil pergi, baru banyak yang datang dan ngomong korban itu siapa," ucapnya.
Saefudin tak menyangka, tersangka bukan membawanya ke rumah sakit melainkan membawa kabur korban ke Jawa Tengah.
Di lokasi kedua, ketiga pelaku menjalani rekonstruksi saat membuang tubuh Salsabila dan Handi ke Sungai Tajum, anak Sungai Serayu.
Proses rekonstruksi di lokasi kedua ini berlangsung sekira 20 menit dimulai pukul 14.05 WIB dan berakhir pada pukul 14.25 WIB.
Reka adegan digelar di Jembatan Sungai Tajum, Jalan Raya Rawalo, Desa Menganti, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas.
Memakai pakaian tahanan berwarna kuning dan sandal jepit, ketiga tersangka memperagakan adegan dalam pengawalan ketat tentara.
"Ada beberapa adegan yang diperagakan tapi TKP-nya berada di Jembatan Menganti ini. Saya tidak bisa memberikan jawaban lengkap karena ada yang lebih berwenang melakukan pengembangan dan penyelidikan," ujar Dandim 0701 Banyumas Letkol Inf Chandra saat dikonfirmasi tekait reka ulang tersebut.
Para tersangka membuang Handi dan Salsabila ke aliran Sungai Tajum.
Kedua korban dibuang dari atas jembatan.
Korban pertama dibuang dengan posisi kepala terlebih dahulu di sisi barat jembatan.
Di titik yang sama, korban kedua dibuang dengan posisi kaki terlebih dahulu.
Setelah polisi melakukan rekonstruksi, wargapun mengaku kaget mengetahui fakta ini.
Dilansir dari laman kompas.com, warga di sekitar lokasi pembuangan sejoli korban tabrakan Nagreg di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengaku kaget.
Mereka baru tahu bahwa kedua sejoli dibuang di jembatan Sungai Tajum, Desa Menganti, Kecamatan Rawalo ketika ada rekonstruksi yang digelar Polisi Militer (PM), Senin (3/1/2022).
"Baru tahu ini," kata Marsiti (60), pemilik warung yang berjarak 100 meter dari lokasi kejadian, Senin.
Marsiti mengatakan, lalu lintas di jalan raya tersebut sebenarnya tidak pernah sepi.
"Jalannya selalu ramai, ini kan jalan penghubung Purwokerto-Cilacap, malam juga ramai," kata Marsiti, Senin. Di ujung jembatan juga terdapat penerangan yang cukup memadai.
Di ujung jembatan juga terdapat penerangan yang cukup memadai.
Selain itu, pada malam hari jembatan tersebut kerap dijadikan tempat memancing.
"Biasanya juga banyak yang memancing kalau tidak hujan, mancing dari pinggir jembatan. Orang yang mancing biasanya beli jajanan dulu di sini," ujar Marsiti.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar