GridPop.ID - Nama Marcell Siahaan pasti sudah tak asing lagi di dunia musik Tanah Air.
Pria yang bernama lengkap Marcellius Kirana Hamonangan Siahaan ini semakin dikenal di industri musik Indonesia sebagai seorang penyanyi senior dengan karakteristik suara yang khas.
Bahkan banyak single-single hits-nya yang hingga kini masih hidup dan menghidupkan dunia musik Indonesia.
Berikut biodata artis Marcell Siahaan yang telah dirangkum GridPop.ID dari Tribunnewswiki.com.
Biodata Artis Marcell Siahaan
Nama lengkap: Marcellius Kirana Hamonangan Siahaan
Nama panggung: Marcell Siahaan
Tempat, tanggal lahir: Bandung, 21 September 1977
Pekerjaan: Penyanyi, Penulis Lagu, Drummer
Orangtua: R.A. V. Indrasari, Paian Siahaan
Marcell merupakan bungsu dari tiga bersaudara, ia memiliki dua orang kakak, yaitu Mariasari dan Vincentius Bonawena Indrasakti Siahaan.
Marcell Siahaan tumbuh dan besar di Kota Bandung, Jawa Barat dalam keluarga yang sangat akrab dengan musik.
Penyanyi ini menamatkan pendidikan menengahnya di SMA St. Aloysius, Bandung.
Setelah lulus dari SMA, Marcell melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Marcell Siahaan menikah dengan sesama penyanyi yang juga seorang pencipta lagu dan penulis, Dewi Lestari pada 12 September 2003.
Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Keenan Avalokita Kirana.
Namun, pernikahan tersebut tidak berjalan lancar hingga akhirnya pada tahun 2008 keduanya memilih untuk bercerai.
Tidak lama setelah perceraian Marcell dan Dewi, Marcell kembali menikah pada awal tahun 2009.
Marcell Siahaan menikahi seorang mantan finalis Miss Singapore Universe, Rima Melati Adams.
Dari pernikahan tersebut, kini Marcell Siahaan dan Rima Melati Adams telah dikaruniai seorang anak bernama Seth Ananda Siahaan.
Awal mula Marcell Siahaan terjun ke dunia musik adalah ketika ia duduk di bangku SMP, ia diajak oleh teman kakaknya, Robin ‘Low’ Malau untuk bermain band bersama.
Sejak saat itu, Marcell memutuskan untuk serius dalam bermusik.
Marcell mendapatkan pengaruh musiknya dari sang kakek yang memperkenalkannya pada musisi Jazz dan Soul termasuk Nat King Cole, Frank Sinatra, Benny Goodman dan banyak lagi, sambil terus mendengarkan musik pop juga.
Marcell muda kemudian memulai karier musiknya sebagai drummer untuk band Hardcore bernama Puppen yang dibentuk bersama Robin.
Tidak disangka, band yang dibentuk secara tidak sengaja tersebut tercatat sebagai salah satu band underground terkemuka di Kota Bandung.
Meski terbilang underground, album-album Puppen laris terjual dengan cara yang tidak biasa melalui metode DIY (Do-It-Yourself) atau jemput bola pada pelanggan.
Puppen tercatat sukses merilis dua album Not A Pup (EP) dan MK II hingga akhirnya menjadi salah satu legenda musik underground Indonesia.
Namun, tidak lama Marcell meninggalkan band untuk melanjutkan studinya sebelum kembali sebagai Penyanyi Pop.
Di saat yang bersamaan, Marcell juga sempat membuat beberapa kelompok acapella antara lain bernama Six of One, Falz No Boyz dan Smooth (yang terakhir ini adalah grup acapella bersama dengan Gail Monoarfa, mantan vokalis Yovie & The Nuno yang juga adalah adik kelasnya) dengan membawakan lagu-lagu dari Shai, 4pm, Color Me Bad dan Boyz II Men.
Grup tersebut kemudian manggung di acara-acara sekolah di SMU St. Aloysius, Bandung.
Namun, semuanya hanya berlangsung sementara dan tidak berkomitmen untuk serius.
Pada 1998, Marcell akhirnya memutuskan keluar dari Puppen karena ia merasa Puppen tidak lagi membuatnya berkembang secara musikalitas dan lebih ingin berkonsentrasi menekuni pendidikannya.
Setelah namanya sempat tenggelam, Marcell terdengar kembali karena membentuk sebuah band beraliran modern rock bernama The Experimental Jetset yang juga berbasis di Bandung.
Band ini sempat mengeluarkan sebuah album, namun kemudian bubar karena alasan ketidakcocokan visi dan komitmen.
Tahun 2001, Marcell bergabung dengan paduan suara Glorify the Lord Ensemble pimpinan Daud P.M. Saba (ayah dari Carlo dan Denny Saba) yang aktif di bidang pelayanan dari gereja ke gereja dan berbagai kegiatan sosial lainnya.
Bagi Marcell, paduan suara ini jugalah yang telah memberikan kontribusi sangat besar dalam karier bernyanyinya.
Bahkan, sampai saat ini salah satu sahabatnya di paduan suara, Jeffry Wattimena, masih terus membantunya sebagai penyanyi latar.
Pada tahun 2002, duet Marcell dengan Shanty "Hanya Memuji" membuka pintu yang lebih lebar untuk karier musiknya di Indonesia.
Lagu ini bahkan memenangkan penghargaan di AMI Sharp Music Award ke-6 pada tahun 2002 untuk Kategori Lagu Terbaik Dance/Rap/Disco/House.
Selain sebagai seorang penyanyi, Marcell juga adalah seorang aktor.
Marcell menjajal dunia peran saat bermain dalam film layar lebar “Andai ia Tahu” (2002).
Pada 2005, Marcell juga menjajal akting di layar kaca dalam sebuah sinetron produksi SinemArt arahan sutradara Maruli Ara berjudul “Kapan Kita Pacaran Lagi?” bersama dengan Marcella Zalianty dan Davina Veronica.
Hasilnya cukup mengejutkan karena Marcell berhasil masuk menjadi nominator Piala Vidia 2005 untuk kategori Aktor Pria Terbaik.
Setelah itu Marcell sempat ikutan dalam sebuah proyek sinetron lepas FTV arahan sutradara Arie Azis yang berjudul “Pacar Selebritis” bersama Kinaryosih.
Lalu, setelah hiatus selama 5 tahun dari dunia peran, Marcell kembali berakting di film “Laskar Pemimpi”(2010).
Peran yang ia bawakan pun tidak main-main, yakni berperan sebagai Letkol Soeharto.
Marcell juga sempat berperan menjadi tokoh birokrat yang kejam dan munafik pada film action comedy “Madame X” yang rilis di tahun yang sama dengan “Laskar Pemimpi”.
Dilansir dari Tribun Video, penyanyi Marcell Siahaan tetap lebih senang bernyanyi meski kini menyandang pekerjaan sebagai advokat.
Dari dunia musik, Marcell Siahaan bisa menyanyikan banyak lagu hingga dikenal banyak orang.
"Lebih enak jadi penyanyi daripada pengacara," kata Marcell Siahaan tertawa disela berbincang di Soneta Record, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Jumat (24/12/2021).
GridPop.ID (*)
Source | : | tribun video,Tribunnewswiki.com |
Penulis | : | Lina Sofia |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar