Pasalnya, usai menjalani pengobatan di Cina lalu pulang ke Indonesia akhir pekan lalu, Yana mengaku sudah hampir sembuh.
Swetlana pun menjelaskan kronologi penurunan kondisi Yana hingga meninggal dunia.
"Waktu dijemput kelihatannya sudah sehat, fit, mukanya sudah bagus dan ceria. Dia juga bisa jalan dan lain-lain," kata di rumah duka RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (1/6/2017).
Seharian itu, lanjutnya, Yana tampak sehat-sehat saja meski sedikit kelelahan. Nafsu makannya juga masih ada.
Lalu, Senin besoknya, pesinetron senior itu menolak makan. Ia merasa tubuhnya lemas hingga mengalami sesak napas.
Melihat kondisi anaknya itu, Swetlana menyarankan Yana memeriksakan diri ke dokter. Ia dan keluarganya pun membawa Yana ke rumah sakit.
"Dokter bilang detak jantung Yana sampai 152, padahal yang normal itu cuma 90. Jadi harus segera diopname, dipasang alat, pompa, supaya detaknya normal. Terus alatnya kerja dan detaknya turun sampai mendekati normal, 100," kata Swetlana.
Ia pun merasa tenang melihat hal itu. Tapi tak bertahan lama, kondisi Yana kemudian tiba-tiba turun drastis.
Saat di-rontgen, hasilnya ternyata ada cairan dalam paru-paru Yana.
"Ada air yang harus diambil, sudah cukup banyak 700 cc. Terus Yana kelihatannya agak sedikit berkurang sesaknya," ujar Swetlana.
Namun mendadak Yana tak sadarkan diri ketika alat pacu jantung dipasang pada tubuhnya.
"Dipasangkan macam-macam alat dan dikasih macam-macam obat terus, tapi Yana tetap enggak sadarkan diri," katanya.
Sampai pada pukul 01.05 WIB, dokter menyatakan bahwa Yana telah meninggal dunia.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Grid.ID |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar