“Dia jatuh ke parit di bawah pagar. "Zuzu perlahan turun ke parit, berjalan ke arah gadis itu, mengendusnya - dan berjalan kembali."
Para petugas yang melihat aksi Zuzu pun segera melakukan tindakan penyelamatan. Dengan sigap merekka segera membuka ruang kerangkeng dan membawa Zuzu masuk kembali ke dalam kandangnya.
Setelahnya, enam orang staf berlari ke dalam menggendong bocah yang sudah tak sadarkan diri.
Pasca diperiksa, bocah tiga tahun itu mengalami cedera kepala dan luka akibat jatuh.
Sedangkan ibunya terancam dihukum dengan tuntutan 15 tahun penjara.
Kasus serupa pun pernah terjadi di Tanah Air, tepatnya di daerah Penjaringan, Jakarta Utara pada 29 Juli 2019 silam.
Diberitakan Kompas.com, diungkapkan seorang ibu tega membuang anaknya.
Diketahui, bayi laki-laki tersebut memiliki kondisi kesehatan kurang baik, yakni sulit buang air kecil.
Akibatnya, bayi itu sering menangis karena kesakitan dan membuat ibunya kerap mengalami sakit kepala.
Tidak hanya itu, sang bayi juga sudah dirujuk ke puskesmas untuk penanganan medis, tapi karena keterbatasan masalah ekonomi membuat bayi tersebut harus mengalami nasib ditinggal oleh ibunya.
Menyikapi fenomena itu, psikolog asal Solo, Hening Widyastuti mengungkapkan bahwa kasus ibu yang membuang anak dapat ditinjau dari faktor ekonomi dan psikologis.
GridPop.ID (*)
Baca Juga: Susu Beruang Bear Brand Diserbu karena Dianggap Cegah Covid, Faktanya Bikin Kaget!
Source | : | Kompas.com,TribunnewsBogor.com |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar