GridPop.ID - Banyak yang percaya bahwa menggunakan ponsel ketika sedang dicharge dapat menimbulkan bahaya.
Belum lagi ada sebuah berita seorang wanita di NTT meninggal dunia lantaran tersambar petir ketika menggunakan ponsel yang sedang dicharge di dalam rumah.
Dilansir dari Tribun Jakarta, wanita bernama Delfina (24) langsung berlari keluar rumah usai terkena sambaran petir.
Setelah itu ia terjatuh dan meninggal dunia.
Namun benarkah ponsel yang digunakan sembari dicharge berbahaya bagi penggunanya?
Dilansir dari Kompas.com, Dosen Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Toto Sukisno menerangkan bahwa kemungkinan seseorang tersengat listrik dari charger ponsel bisa terjadi jika ada kebocoran arus.
Ada pula yang menyebut jika seseorang minum air sambil menelepon ketika ponsel sedang dicharge bisa pingsan.
Ternyata itu keliru.
"Di samping adanya faktor lain yang juga harus dipertimbangkan, sebenarnya itu dua aktivitas yang secara proses tidak memiliki keterkaitan.
Kecuali kalau terjadi arus bocor yang mengakibatkan anfal dari fungsi anggota tubuh," kata Toto kepada Kompas.com, Selasa (8/2/2022).
Ia menyarankan agar jangan menggunakan ponsel ketika sedang diisi daya demi kemanan, selain itu juga menghindari bahaya arus listrik yang bocor.
"Secara normatif, penggunaan HP yang sedang dicharge tidak direkomendasikan karena membahayakan pengguna, terutama akibat terjadinya potensi arus bocor yang dapat membahayakan si pengguna," kata dia.
Adapun Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung, Syarif Hidayat juga tak membenarkan teori air minum sebagai penghantar listrik.
Memang keringat manusia bisa memengaruhi dampak sengatan listrik, namun beda halnya dengan air yang sedang diminum.
"Tidak ada (pengaruhnya).
Jadi air minum itu tidak bersifat menyimpan muatan listrik," ujar Syarif saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/2/2022).
Lebih lanjut, Syarif berujar bahwa tegangan listrik DC yang dianggap aman untuk tubuh yakni normalnya sekitar 50 volt.
"Oleh karena itu instalasi lama yang membutuhkan listirk DC umumnya dibatasi sampai 48 volt. Jadi kalau kita kepegang 48 volt itu tidak membahayakan.
Lalu listrik AC itu padanannya yang dianggap aman itu sampai 40 volt kira-kira," tutur Syarif saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/2/2022).
Jadi seberapa besar arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh lah yang membahayakan, bukan seberapa besar tegangan listrik.
Menurut perkiraanya, tubuh manusia memiliki tahanan dari ujung tangan ke ujung kaki kira-kira 3.000 Ohm.
Sehingga, ketika tegangan sekitar 40 volt AC, dibagi 3.000 Ohm maka hanya akan menghasilkan arus listrik sekian miliampere.
"Kalau arus yang mengalir di permukaan tubuh, di kulit yang berkeringat dan sebagainya, itu akan mengakibatkan gejala luka bakar, tetapi tidak akan menyebabkan kematian yang tragis," kata Syarif.
Maksud dari kematian tragis yakni vibrilasi.
Hal itu disebabkan oleh arus yang mengalir ke dalam tubuh manusia, termasuk organ jantung.
Begitu pula dengan charger ponsel.
"Jadi secara umum, baterai ponsel yang tegangannya cuma 3,4 volt untuk masa waktu yang panjang, tidak cukup menghasilkan arus yang memvibrilasi tubuh kita," kata Syarif.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jakarta |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar