"Tidak setuju, masih khawatir sama Covid-19. Terlebih belum ada obatnya. Saya khawatir jadi pembawa virus tersebut dan menyebarkannya ke orang-orang di pesawat dan tempat tujuan," kata dia.
Rozak menilai, tes Covid-19 baik berupa antigen maupun PCR harus tetap dilakukan bagi pelaku perjalanan domestik.
Hal tersebut dinilai akan menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi setiap orang saat bepergian, termasuk dirinya sendiri.
"Kalau bisa sih, setiap pesan tiket harus termasuk dengan tes, baik PCR maupun antigen. Jangan terpisah, karena itu agak merepotkan," kata dia.
Menurut dia, biaya untuk tes juga tidak lebih membebani dibandingkan saat bepergian tiba-tiba diketahui positif Covid-19. Hal tersebut justru dinilainya akan menjadi beban bagi semua orang.
"Justru dengan tes itu, kita memastikan kalau keamanan dan kelayakan kita jalan. Karena saya mementingkan keamanan, harga segitu untuk PCR atau antigen tidak masalah. Kan bisa PCR atau antigen asal sudah dua kali vaksin," tutur dia.
Epidemolog Indonesia dari Griffith University Australia, Dicky Budiman pun menanggapi kebijakan pemerintah yang menghapus tes antigen dan polymerase chain reaction (PCR) sebagai syarat perjalanan domestik.
Dicky pun menyayangkan adanya penghapusan tes antigen dan PCR bagi pelaku perjalanan domestik ini.
Pasalnya menurut Dicky, testing Covid-19 adalah hal yang penting dilakukan untuk melihat situasi pandemi saat ini.
Bahkan Dicky mengibaratkan testing sebagai mata kita terhadap virus.
Karena tanpa adanya tes yang memadai, maka kita tidak bisa melihat di mana atau ke arah mana virus Covid-19 ini menyebar.
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Veronica S |
Komentar