GridPop.ID - Transgender merupakan orang yang melakukan perubahan jenis kelamin.
Memutuskan menjadi transgender tentu tidak mudah, bahkan banyak mendapat pandangan miring dari masyarakat.
Banyak orang mempertanyakan apakah terdapat keterkaitan antara gangguan jiwa dengan perubahan jenis kelamin pada seorang transgender.
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RS Awal Bros Bekasi Barat, dr Alvina Sp.KJ, mengatakan bahwa masyarakat perlu memahami bahwa transgender bukanlah sebuah penyakit. Sehingga tak ada upaya di bidang medis untuk menyembuhkannya.
“Orang-orang yang memutuskan untuk mengubah jenis kelamin biasanya merasa dirinya tidak nyaman dengan jenis kelaminnya saat lahir,” ujar Alvina seperti dikutip dari keterangan tertulis kepada Kompas.com, Jumat (14/2/2020).
Seorang transgender, lanjut Alvina, sejak dini merasa dirinya terperangkap dalam tubuh yang salah.
Biasanya transgender akan berusaha mengubah dirinya menjadi jenis kelamin yang ia rasakan sebagai jenis kelaminnya.
“Transgender sendiri termasuk dalam identitas gender, sehingga bukan sesuatu gangguan jiwa yang membutuhkan terapi. Terapi psikiatri diperlukan bila seseorang mengalami gangguan jiwa termasuk bila seorang transgender mengalami gangguan jiwa,” ujarnya.
Berbicara soal transgender, kisah wanita ini menjadi sorotan.
Pasalnya dirinya memutuskan untuk kembali ke kodratnya sebagai perempuan setelah menjadi transgender.
Baru-baru ini kisahnya kembali menjadi wanita sukses menuai sorotan warganet.
Dilansir oleh tribuntrends.com dari Daily Mail Senin (11/4/2022), Sinead Watson lahir di Glasgow, Inggris dan saat ini berusia 31 tahun.
Sinead merupakan anak kedua dari pasangan Andrew dan Brenda.
Sang ayah bekerja sebagai pekerja tambang, sedangkan ibunya merupakan personal trainer.
Sinead sempat menceritakan perjalanan hidupnya.
Dia mengungkapkan saat masih kecil dia dan kakaknya suka main boneka Barbie layaknya anak perempuan pada umumnya.
"Kami seperti anak-anak perempuan kebanyakan, yang suka main rumah-rumahan dan boneka Barbie," kata Sinead.
Saat memasuki usia remaja, Sinead sempat angkat kaki dari rumahnya.
Kala itu, dia bertengkar hebat dengan orangtuanya.
"Aku tumbuh sebagai remaja yang kehilangan arah tanpa sosok kakak untuk membimbingku," tuturnya.
Setelah pergi dari rumah, Sinead sempat galau dengan perubahan fisiknya.
Dia juga mengaku trauma karena pernah mengalami pelecehan seksual.
Seorang rekan kerjanya pernah mencoba mencium dan meraba area intimnya.
Kendati demikian, dia tak berani melaporkan kejadian itu kepada siapapun.
Di usia 19 tahun, Sinead mulai menimba ilmu di perguruan tinggi.
Dia kuliah di Glasgow University dan mengambil jurusan sejarah dan arkeologi.
Sinead menyebut saat kuliah banyak pria tertarik padanya, namun dia memilih untuk menghindar.
Dia lantas melabeli dirinya sebagai seorang lesbian dan mulai berpacaran dengan perempuan.
Kala itu, hubungan dengan keluarganya semakin membaik.
Namun, curhatan Sinead tentang pelecehan seksual yang pernah dia alami justru tak ditanggapi serius oleh sang kakak, Andrea.
"Aku dulu berpikir itu hanyalah perilaku seksis yang semua wanita perlu belajar untuk memakluminya. Aku menyuruhnya untuk melupakan kejadian tersebut dan move on.
Bodohnya aku. Seharusnya aku lebih serius merespons hal tersebut dan mungkin menyarankan dia ikut konseling," ujar Andrea.
Kecewa dengan sikap kakaknya, Sinead lantas mengubah jati dirinya menjadi seorang pria.
Dia memutuskan menjalani operasi kelamin pada tahun 2015.
Sinead juga sempat menjalani perawatan hormon testosterone.
Akibatnya, kepribadian Sinead pun berubah, dari yang periang menjadi emosian dan agresif.
Setelah berubah menjadi pria, Sinead justru merasa beban mentalnya makin bertambah.
"Setelah melalui masa transisi, aku masih membenci diriku," ucap Sinead.
Hingga akhirnya Sinead mengalami depresi dan membuatnya berhenti kuliah dua bulan sebelum ujian kelulusan.
Suatu hari dirinya menemukan kelompok wanita yang senasib dengannya.
Mereka lah yang membuat Sinead bangkit dari keterpurukannya.
Dia kemudian mengambil keputusan besar yakni kembali ke kodratnya sebagai wanita.
Saat bertransisi kembali menjadi wanita, Sinead mendapat banyak dukungan dari orang-orang terdekatnya, termasuk kekasihnya.
Sang kekasih adalah seorang pria 28 tahun yang mau menerima Sinead apa adanya meski payudara dan rahimnya sudah diangkat.
Sinead menegaskan bahwa kisahnya ini tak bertujuan untuk menyudutkan kaum transgender.
Dia hanya berharap kisah hidupnya dapat menginspirasi para wanita untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan,apalagi berhubungan dengan masalah gender.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Daily Mail,tribuntrends |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar